Uni Eropa Gagal Selesaikan Penundaan Vaksin AstraZeneca
UE dan AstraZeneca bertemu untuk membahas pengiriman vaksin ke Eropa
REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Uni Eropa dan perwakilan perusahaan vaksin AstraZeneca gagal menyelesaikan perselisihan tentang pengiriman vaksin bagi warga Uni Eropa pada Rabu (27/1).
Komisaris Uni Eropa untuk Kesehatan dan Keamanan Pangan Stella Kyriakides dan kepala eksekutif AstraZeneca Pascal Soriot membahas pengiriman vaksin perusahaannya sejalan dengan pengaturan kontrak yang diperkirakan dalam perjanjian pembelian lanjutan.
"Nada konstruktif dalam pertukaran kami dengan CEO @AstraZeneca Pascal Soriot, di Dewan Pengarah Vaksin, tentang pengiriman vaksin mereka setelah mendapat persetujuan," tulis Kyriakides di Twitter.
Dia mengatakan Uni Eropa menyesalkan ketidakjelasan yang terus berlanjut tentang jadwal pengiriman dan meminta rencana yang jelas dari AstraZeneca untuk pengiriman jumlah vaksin yang dipesan untuk kuartal 1 dengan cepat.
"Kami akan bekerja dengan perusahaan untuk menemukan solusi dan mengirimkan vaksin dengan cepat untuk warga Uni Eropa," kata Kyriakides.
Perselisihan muncul setelah AstraZeneca dan Universitas Oxford Inggris, yang bersama-sama mengembangkan vaksin, pekan lalu menyatakan bahwa mereka tidak dapat memberikan sebanyak mungkin pengiriman vaksin ke Eropa seperti yang diharapkan karena sedang menunggu persetujuan dari Badan Obat Eropa (EMA) hingga akhir bulan.
Uni Eropa juga membuat kesepakatan pembelian vaksin dengan Moderna, CureVac, Johnson & Johnson dan Sanofi/GlaxoSmithKline.
"Kami menolak logika 'pertama datang, pertama dilayani'. Itu mungkin berhasil di penjual daging terdekat, tetapi tidak dalam kontrak. Dan tidak dalam Perjanjian Pembelian di Muka," kata Kyriakides.
Dia juga menegaskan kembali bahwa AstraZeneca perlu memenuhi komitmennya dalam perjanjian.