WHO: Varian Baru Virus Corona Menyebar ke 70 Negara

WHO mengatakan lebih banyak penelitian diperlukan.

AP / Daniel Cole
Seorang wanita membawa belanjaan sebelum diberlakukannya jam malam di Marseille, Prancis, Ahad (10/1). Menanggapi adanya temuan varian baru Covid-19 di kota Marseille, otoritas setempat akan memberlakukan jam malam lebih awal. Semula, aktivitas masyarakat berhenti pukul 8 malam dan kini menjadi pukul 6 sore hingga 6 pagi keesokan harinya.
Rep: Kamran Dikarma Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan varian baru SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 telah menyebar ke 70 negara. Menyebarnya varian tersebut telah memicu kekhawatiran tentang keefektifan vaksin yang sudah dikembangkan.

Baca Juga


Dalam pembaruan epidemiologinya, WHO mengungkapkan varian baru SARS-Cov-2 yang pertama kali ditemukan di Inggris telah menyebar ke 70 negara. "Varian itu, yang dikenal sebagai VOC 202012/01 dan telah terbukti menularkan lebih mudah daripada varian virus sebelumnya, dengan demikian telah menyebar ke 10 negara lagi selama sepekan terakhir," kata WHO pada Rabu (27/1), dikutip laman Daily Sabah.

WHO menyebut, varian baru SARS-Cov-2 yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan (Afsel) juga telah menyebar ke 31 negara. Sepekan terakhir, terdapat delapan negara yang melaporkan kasus virus corona tersebut.

WHO menyebut studi laboratorium telah menemukan bahwa varian 501Y.V2 kurang rentan terhadap netralisasi antibodi dibandingkan varian sebelumnya. Hal itu menimbulkan kekhawatiran serius bahwa varian tersebut menimbulkan risiko infeksi ulang yang tinggi. Selain itu, varian terkait dapat menghambat efektivitas sejumlah vaksin Covid-19 yang masuk ke pasar.

 

Kendati demikian, WHO mengatakan lebih banyak penelitian diperlukan. Namun, ia menekankan bahwa riset observasi di Afsel tidak menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang.

Selain di Inggris dan Afsel, varian baru SARS-Cov-2 juga ditemukan di Brasil. Menurut WHO varian yang dikenal dengan nama P1 itu telah menyebar ke delapan negara. Ada kekhawatiran varian tersebut dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah.

"Studi lebih lanjut diperlukan untuk menilai apakah ada perubahan dalam penularan, tingkat keparahan atau aktivitas penetral antibodi sebagai akibat dari varian baru ini," kata WHO.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler