Arkeolog Israel Temukan Puing Masjid Periode Awal Islam

Pembangunannya kira-kira satu generasi setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.

AP Photo/Maya Alleruzzo
Arkeolog Israel Temukan Puing Masjid Periode Awal Islam. Katia Cytryn-Silverman, seorang arkeolog dari Hebrew University di Yerusalem, berpose di situs Masjid Al-Juma (Jumat), di Tiberias, Israel utara, Rabu, 27 Januari 2021. Arkeolog menemukan sisa-sisa salah satu masjid paling awal di dunia Islam di di kota kuno Tiberias.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, TIBERIAS -- Para arkeolog di Israel telah menemukan puing-puing dari masjid yang diyakini berasal dari periode awal Islam. Sisa reruntuhan masjid kuno tersebut ditemukan selama penggalian di Tiberias, kota di utara Israel.

Baca Juga


Pondasi masjid, yang digali tepat di selatan Laut Galilea, itu menunjukkan pembangunannya kira-kira satu generasi setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Sehingga, masjid tersebut menjadi salah satu rumah ibadah Muslim paling awal yang akan dipelajari oleh para arkeolog.

Penggalian situs tersebut dilakukan oleh para arkeolog dari Hebrew University di Yerusalem. Seorang spesialis arkeologi Islam di Hebrew University yang memimpin penggalian, Katia Cytryn-Silverman, mengumumkan temuan dari penggalian mereka bulan ini dalam sebuah konferensi virtual.

Ia mengatakan, penggalian masjid Tiberias memungkinkan sebuah kesempatan langka untuk mempelajari arsitektur rumah ibadah Muslim dalam masa perkembangan dan menunjukkan toleransi untuk agama lain oleh para pemimpin Islam awal. "Kami tahu tentang banyak masjid awal yang didirikan tepat pada awal periode Islam," kata Cytryn-Silverman, Jumat (29/1).

Masjid lain yang berasal dari sekitar waktu yang sama, seperti Masjid Nabawi di Madinah, Masjid Agung Damaskus, dan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, masih digunakan sampai sekarang dan tidak dapat diteliti oleh para arkeolog. Ketika masjid tersebut dibangun sekitar 670 M, Tiberias telah menjadi kota yang dikuasai oleh pemerintah Muslim selama beberapa dekade.

Kota Tiberias dinamai sesuai nama kaisar kedua Roma sekitar 20 M. Kota itu dahulu merupakan pusat utama kehidupan dan pendidikan Yahudi selama hampir lima abad.

 

Sebelum penaklukannya oleh tentara Muslim pada tahun 635, kota Bizantium itu adalah rumah bagi salah satu konstelasi situs suci Kristen yang menghiasi garis pantai Laut Galilea. Di bawah pemerintahan Muslim, Tiberias menjadi ibu kota provinsi di kerajaan Islam awal dan berkembang menjadi terkenal.

Khalifah awal membangun istana di pinggiran kota di sepanjang tepi Danau Galilea. Namun hingga saat ini, hanya sedikit yang diketahui tentang masa lalu Muslim awal di kota itu.

Kepala arkeolog pada Otoritas Purbakala Israel (Israel Antiquities Authority), Gideon Avni, mengatakan penemuan itu membantu menyelesaikan perdebatan ilmiah tentang kapan masjid mulai membakukan desainnya, menghadap ke arah kiblat di Makkah.

"Dalam temuan arkeologi, sangat jarang ditemukan masjid-masjid awal," kata Avni.

Penggalian arkeologi di sekitar Tiberias telah dimulai secara tidak teratur sejak abad yang lalu. Dalam beberapa dekade terakhir, kota kuno itu telah mulai menghasilkan bangunan monumental lainnya dari masa lalunya, termasuk teater Romawi yang cukup besar yang menghadap ke air dan sebuah gereja Bizantium.

Sejak awal tahun lalu, pandemi virus corona membuat penggalian terpaksa berhenti dan membuat rumput Galilea tumbuh subur di sana, tumbuhan dan gulma tumbuh di atas reruntuhan masjid tersebut. Universitas Ibrani (Hebrew Universit) dan mitranya, Institut Arkeologi Protestan Jerman, berencana memulai kembali penggalian pada Februari mendatang.

 

Penggalian awal situs tersebut pada 1950-an membuat para cendekiawan percaya bangunan itu adalah pasar Bizantium yang kemudian digunakan sebagai masjid. Namun, penggalian di bawah pimpinan Cytryn-Silverman menggali lebih dalam di bawah lantai.

Koin dan keramik yang terletak di antara dasar fondasi yang dibuat dengan kasar membantu penanggalan situs tersebut menjadi sekitar 660-680 M, hampir satu generasi setelah kota itu direbut. Dimensi bangunan, denah lantai berpilar, dan kiblat atau relung sholat, sangat mirip dengan masjid lain pada masa itu.

Avni mengatakan, untuk waktu yang lama, para akademisi tidak yakin apa yang terjadi pada kota-kota di Levant dan Mesopotamia yang ditaklukkan oleh umat Islam pada awal abad ke-7. "Pendapat sebelumnya mengatakan ada proses penaklukan, pengrusakan, dan penghancuran. Saat ini, para arkeolog memahami ada proses yang cukup bertahap, dan di Tiberias Anda melihatnya," kata Avni.

Cytryn-Silverman mengatakan, masjid pertama yang dibangun di kota yang baru ditaklukkan itu berdiri berdampingan dengan sinagoge lokal dan gereja Bizantium yang mendominasi cakrawala. Fase paling awal dari masjid ini lebih sederhana ketimbang sebuah struktur bangunan yang lebih besar dan megah yang menggantikannya setengah abad kemudian.

"Setidaknya sampai masjid monumental itu didirikan pada abad ke-8, gereja tetap menjadi bangunan utama di Tiberias," ujarnya.

Dia mengatakan, hal ini mendukung gagasan bahwa para penguasa Muslim awal yang memerintah sebagian besar populasi non-Muslim, mengadopsi pendekatan toleran terhadap agama lain, dan memungkinkan "zaman keemasan" hidup berdampingan.

"Anda lihat permulaan pemerintahan Islam di sini sangat menghormati penduduk yang merupakan penduduk utama kota, Kristen, Yahudi, Samaria," kata Cytryn-Silverman.

 

"Mereka tidak tergesa-gesa mengungkapkan keberadaan mereka ke dalam bangunan-bangunan. Mereka tidak menghancurkan rumah ibadah orang lain, tetapi mereka benar-benar menyesuaikan diri dengan masyarakat yang mereka pimpin sekarang," tambahnya. 

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler