Indomie, Mi Instan Favorit Seluruh Generasi di Arab Saudi
Indomie mendominasi 95 persen pasar mi instan di Arab Saudi.
REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Mayoritas warga Arab Saudi akan menjawab satu merek jika ditanya mie instan favoritnya. Uniknya, merek tersebut datang dari Indonesia, yakni Indomie.
Dilansir dari Arab News, Senin (1/2), Indomie diluncurkan di Indonesia pada 1972 dan mulai dibawa ke Kerajaan Arab Saudi pada 1986. Mi instan ini sebenarnya dipopulerkan oleh pekerja rumah tangga asal Indonesia yang mendambakan cita rasa rumah. Namun, Indomie justru digemari di kalangan orang Saudi.
Popularitas Indomie di Kerajaan akhirnya mengarah pada pembangunan tiga pabrik di Arab Saudi untuk memenuhi permintaan produk yang tinggi. Pabrik utama Indomie di Jeddah, yang terbesar di kawasan MENA, memproduksi hingga dua juta bungkus sehari untuk di Jeddah saja, sejak dibuka pada 1992.
Pekerja rumah sakit Sarah Al-Suqair mengatakan Indomie telah menjadi bagian integral dari dapur rumah tangga Saudi. Warga Arab Saudi juga gemar makan Indomie, meski sedang tidak di rumah. Mi goreng juga menjadi rasa paling populer di Arab Saudi.
Al-Suqair menceritakan cara-cara nakal di mana para siswa menyiapkan indomie di sekolah. Beberapa temannya menyelinap ke laboratorium untuk memasak air panas.
“Saya ingat beberapa teman sekelas saya diskors karena menyelinap ke laboratorium kimia dan mencoba menggunakan pembakar Bunsen untuk merebus air untuk mi. Trik favorit lainnya adalah dua siswa memasuki ruang guru, di mana salah satu dari mereka akan mengalihkan perhatian guru dengan sesuatu, sementara yang lain diam-diam mencoba mengambil air dari ketel mereka,” katanya.
Ahli gizi Leila Bakri mengatakan, ia bahkan tidak bisa menolak semangkuk besar Indomie goreng. Sesuatu yang tidak dapat dia tolak meskipun diketahui tidak sehat.
“Mi instan pada umumnya bukanlah makanan yang benar-benar sehat, karena kandungan natrium, MSG, dan bahan olahan di dalamnya. Tapi aku benar-benar tidak bisa menahannya. Saya tumbuh besar makan Indomie di rumah, saya pikir kita semua melakukannya karena mudah dibuat, murah, dan sangat mengenyangkan," ujarnya.
"Saya mencoba membuatnya lebih sehat dengan menambahkan ayam, sayuran, apa saja yang segar. Saya bahkan mencoba membuat versi saya sendiri, tetapi kenyataannya, sekeras apa pun saya mencoba, saya tidak akan pernah bisa menciptakan kembali rasa Indomie yang otentik,” tambahnya.
Indomie sebagai merek telah mengamankan tempatnya bahkan di lingkungan budaya pop Kerajaan. Logo tersebut telah menemukan jalannya ke merchandise, seperti kaos oblong dan peralatan dapur, pin dan stiker, dan bahkan mengarah pada pembuatan gium seluler berumur pendek, Indomie Dash, pada 2013.
Meninggalnya pencipta rasa Indomie, Nunuk Nuraini pada Rabu lalu, membuat orang-orang dari seluruh dunia berbondong-bondong ke media sosial untuk mengirim penghormatan kepadanya. Banyak warganet yang menyiapkan foto semangkuk mi untuk untuk menghormati mendiang.
Indofood memelopori produksi mi instan di Indonesia, dan merupakan salah satu produsen mi instan terbesar di dunia. Ia memiliki kantor regional di seluruh dunia dan Indomie tersedia di lebih dari 80 negara.
Indomie juga telah bereksperimen dengan cita rasa lokal untuk beberapa paket khusus di negara-negara tempat merek tersebut paling populer. Misalnya, di Nigeria, salah satu konsumen Indomie terbesar di dunia, diluncurkan rasa Jollof, meniru beberapa rasa hidangan nasi Afrika Barat.
Kepopuleran mi ini membuat seorang Koki Indonesia memanfaatkan Indomie dengan cara yang tidak biasa, seperti kreasi es krim Indomie mie goreng dari creamery asal Jakarta Barat, Holi Ice Cream. Penjual hadiah Australia Grey Lines juga mengeluarkan sederet "Lilin Beraroma Mi Goreng" pada 2019, yang terinspirasi dari merek mi Indomie yang sangat disukai.
Namun, negara lain akan kesulitan menyamai kecintaan Kerajaan Arab Saudi pada mi. Dalam wawancara dengan Katadata, situs berita bisnis, CEO Indofood Franciscus Welirang mengatakan konsumen Indomie di Arab Saudi kini sudah memasuki generasi kedua. Indomie juga mendominasi 95 persen pasar mi instan di Kerajaan, meskipun ada beberapa pesaing, menurut Konsulat Jenderal Indonesia di Jeddah.
https://www.arabnews.com/node/1801621/saudi-arabia