Saran Epidemiolog Agar Baduy Tetap Nihil Kasus Covid-19

Baduy dan Kasepuhan Ciptagelar belum mencatat kasus covid-19 yang terdeteksi.

Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Wanita Suku Baduy Luar berjalan di ladang padi miliknya di Desa Kanekes, Lebak, Banten, Sabtu (6/2/2021). Padi huma atau padi gogo merupakan salah satu varietas padi yang ditanam di areal lahan kering dan menjadi sumber ketahanan pangan sekaligus pendapatan ekonomi bagi warga Suku Baduy.
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus bertambah, dua kelompok masyarakat adat belum mencatat satu kasus pun di sepanjang masa pandemi.

Indonesia mencapai satu juta kasus Covid-19 pada akhir bulan lalu, hampir dua minggu setelah vaksin yang dikembangkan oleh CoronaVac China diluncurkan.

Namun, di antara jumlah kasus yang tinggi, setidaknya dua suku di Pulau Jawa, masyarakat Baduy dan Kasepuhan Ciptagelar, belum mencatat kasus positif yang terdeteksi.

"Kami mengapresiasi warga Baduy dapat mengendalikan Covid-19 itu," kata Petugas Medis Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Cisimeut Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Iton Rustandi di Lebak.

Suku Baduy yang saat ini berpenduduk sekitar 12 ribu jiwa tinggal di gugusan 65 desa seluas 50 kilometer persegi di Pegunungan Kendeng di Provinsi Banten, 160 kilometer dari ibu kota Jakarta. Mereka menyebut diri mereka sebagai "Kanekes". Mereka adalah subetnis Sunda yang merupakan kelompok etnis terbesar kedua di Indonesia.

Orang Kanekes sejak abad ke-16 menolak pengaruh luar sebagai usaha mempertahankan pandangan dan nilai-nilai masyarakat tradisional Sunda. Ada dua kelompok utama suku Baduy, yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar.

Suku Baduy Dalam secara ketat mempraktikkan cara hidup tradisional mereka dan dianggap sebagai pelindung keseimbangan dengan alam.

Baduy Dalam tidak menggunakan sabun saat mandi. Mereka tidak menggunakan detergen untuk mencuci pakaian karena tidak ingin mencemari air yang bagi mereka merupakan sumber kehidupan.

Mereka mengenakan pakaian dan penutup kepala berwarna putih sebagai tanda kesucian. Secara historis, mereka memiliki kontak yang sangat terbatas dengan orang luar.

Baduy Luar bisa dikenali dari pakaian hitamnya. Mereka tinggal di sekitar 40 desa di sekitar Baduy Dalam, sebagai penyangga sekaligus melindungi kesucian Baduy Dalam dari pengaruh dunia luar.

Meski masih tinggal di wilayah adat, Baduy Luar tidak seketat Baduy Dalam. Mereka masih berinteraksi dengan dunia yang lebih luas dengan cara yang dirancang untuk membantu menopang Baduy Dalam.

Mereka menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak menebangi pohon secara serampangan.

Masyarakat Baduy juga membatasi interaksi dengan pihak luar dan meminta siapa saja yang masuk ke desa Baduy untuk menghormati tradisi masyarakatnya.


Tinggal di rumah, melarang pengunjung dari luar


Suku Baduy mengikuti arahan seorang pemimpin yang dikenal sebagai "Jaro". Tokoh adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes, Jaro Saija, mengatakan, pihaknya melarang Baduy pergi ke tempat-tempat seperti Jakarta, Tangerang, dan Bogor karena dianggap hotspot penularan Covid-19.

"Untuk orang Baduy saya tegaskan tidak boleh ke mana-mana, harus tinggal di rumah," ujarnya.

Jaro Saija mengatakan, warga Baduy yang sudah merantau diminta pulang kampung, tapi sebelum memasuki permukiman adat, mereka terlebih dahulu harus menjalani pemeriksaan kesehatan.

"Kami menjamin permukiman Baduy bebas dari penyakit mematikan ini," kata Saija.

Selain itu, Jaro Saija mengatakan, penduduk Baduy telah mengikuti protokol kesehatan. "Kami juga mengikuti dan melaksanakan rekomendasi pemerintah, seperti mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker," katanya.

"Orang Baduy Luar juga mencuci tangan pakai sabun karena boleh."

Pada masa awal pandemi, tidak ada pengunjung atau wisatawan yang diperbolehkan menghadiri ritual adat di desa Baduy yang biasanya terbuka untuk umum.

Selama beberapa bulan tidak ada pengunjung, orang Baduy melanjutkan kehidupan mereka seperti biasa dengan bertani di sawah, beternak lebah, mengolah gula aren, dan menenun kain.

"Sebenarnya, sampai saat ini (orang luar) masih dilarang masuk ke daerah Baduy, namun ada beberapa pengunjung yang datang pada hari Sabtu dan Minggu, jadi buat kami yang paling penting sekarang adalah mereka harus patuh aturan kesehatan," kata Jaro Saija.

Persyaratan mengunjungi pemukiman masyarakat Baduy memang telah diperketat untuk mencegah penularan Covid-19 dan semua pintu masuk kawasan tanah adat sudah dilengkapi bak cuci tangan.

Salah satu syarat lain untuk dapat mengunjungi Desa Baduy adalah menunjukkan surat hasil rapid tes antigen.

"Kami menolak tamu yang tidak mematuhi itu," tutur Jaro Saija.

Selain upaya untuk menekan penyebaran virus dengan mematuhi protokol kesehatan, Jaro Saija mengatakan, masyarakat Baduy juga melakukan sejumlah ritual.

"Awalnya saya mengumpulkan tetua adat dan berdoa, ada ritual khusus untuk keselamatan warga. Di pintu gerbang-pintu gerbang itu harus ditanemin air, ada doa-doanya," kata Jaro Saija.

Belum ditemukan kasus bukan berarti bebas risiko


Dr Windhu Purnomo, ahli epidemiologi dari Universitas Airlangga Surabaya, mengatakan, komunitas tertutup cenderung aman dari penularan Covid-19.

"Upaya masyarakat Baduy untuk tetap di satu tempat, membatasi mobilitas mereka, sebenarnya adalah kuncinya," kata Dr Windhu Purnomo.

"Tapi, saya khawatir karena turis masih diperbolehkan masuk. Bahkan, jika mereka membawa hasil tes antigen, tetap ada risiko penularan."

"Katakanlah syaratnya adalah hasil tes yang berlaku selama tiga hari terakhir. Bagaimana kalau turis itu baru tertular kemarin? Bisa bocor dan berisiko untuk orang Baduy."

Dr Windhu mengatakan, untuk memastikan tidak ada kasus atau nol kasus di masyarakat Baduy, lebih baik jika semua orang Baduy dites.

"Kapasitas tes perlu digenjot, tidak hanya di Baduy, tapi di seluruh wilayah di Indonesia, mengingat kapasitas tes kita masih salah satu yang terendah di dunia, kita nomor 159 dari 202 negara," ujarnya.

Dr Windhu mengatakan, langkah penting berikutnya untuk mencegah orang Baduy tertular virus corona adalah menutup akses sementara ke wisatawan.

"Kalau kita ingin menjaga suku Baduy ini tetap terjaga tidak tertular virus, menurut saya, untuk sementara jangan ada wisatawan yang masuk," tutupnya.

 

sumber: https://www.abc.net.au/indonesian/2021-02-08/belum-ditemukan-kasus-covid-19-di-baduy/13132182

sumber : ABC
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler