Pangandaran Jadikan Sekolah Tempat Isolasi Pasien Covid-19

Penggunaan sekolah untuk mencegah pasien Covid-19 lakukan isolasi mandiri di rumah.

Antara/Mohammad Ayudha
Penjaga sekolah melintas di salah satu ruang kelas yang kosong. Ilustrasi
Rep: Bayu Adji Prihammanda Red: Yudha Manggala P Putra

REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pangandaran mulai menyiapkan gedung-gedung sekolah untuk dijadikan tempat isolasi terpusat pasien Covid-19 tanpa gejala. Penggunaan sekolah bertujuan mencegah pasien menjalani isolasi mandiri di rumah dan memicu klaster keluarga.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran, Yani Achmad Marzuki mengatakan, saat ini setiap desa diminta menyiapkan gedung sekolah untuk menampung pasien Covid-19 tanpa gejala. Nantinya, pasien tanpa gejala tak lagi dibolehkan menjalani isolasi di rumah.

"Jadi OTG ditampung di gedung sekolah yang ada di desa masing-masing. Lalu dibentuk satgas dan pengawasan di bawah satgas," kata dia, Senin (8/2).

Menurut dia, penggunaan gedung sekolah untuk menampung pasien tanpa gejala dimaksudkan agar pemantauan dapat dilakukan dengan maksimal. Sebab, selama ini masih banyak muncul kasus dari klaster keluarga.

Yani mengatakan, saat ini pihaknya masih terus melakukan persiapan untuk menjadikan sekolah sebagai tempat isolasi terpusat. "Kan harus disosialisasikan dulu," kata dia.

Selain menggunakan sekolah sebagai tempat isolasi terpusat, Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran juga sedang menyiapkan ruangan isolasi di sejumlah puskesmas. Dari total 15 puskesmas yang ada di Kabupaten Pangandaran, terdapat sembilan puskesmas yang memiliki unit rawat inap.


Nantinya, di sembilan puskesmas itu, akan disiapkan masing-masing dua tempat tidur untuk merawat pasien Covid-19. "Itu juga masih kita siapkan. Belum fungsional," kata Yani.

Tak hanya itu, ruangan isolasi yang ada di RSUD Pandega Kabupaten Pangandaran juga terus ditambah. Namun, penambahan itu ditempatkan di gedung sekolah yang letaknya di dekat rumah sakit.

Yani menyebutkan, gedung sekolah itu setidaknya dapat menampung 32 pasien yang memiliki gejala. "Itu sudah dilimpahkan ke RSUD. Kalau tempat tidur di rumah sakit penuh, ditempatkan di sekolah itu," kata dia.

Saat ini kapasitas ruang isolasi untuk pasien Covid-19 di RSUD Pandega berjumlah 63 tempat tidur. Namun, belum seluruh ruangan itu terisi pasien.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran hingga Ahad (7/2), total kasus terkonfirmasi Covid-19 di daerah itu berjumlah 830 orang. Sebanyak 491 orang sudah dinyatakan sembuh, 14 orang masih menjalani isolasi di RSUD Pandega, 306 orang masih isolasi mandiri, dan 19 orang meninggal dunia.

Pelaksana Harian (Plh) Bupati Pangandaran, Kusdiana mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengecekan ke sekolah yang akan dijadikan tempat isolasi. Salah satunya adalah SDN 4 Babakan, Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran.

"Itu akan kita siapkan jadi tempat karantina orang tanpa gejala (OTG). Sekarang ke teman-teman camat dan kepala desa harus ada karantina khusus di masing-masing wilayah. Jadi seperti dulu," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (7/2).

Pada masa awal pandemi Covid-19 terjadi, Pemkab Pangandaran juga menggunakan sekolah sebagai tempat isolasi terpusat. Tempat itu digunakan untuk mengarantina pemudik yang baru pulang dari luar daerah sebelum kembali ke rumah.

Kebijakan tersebut dilakukan lantaran saat itu banyak warga Kabupaten Pangandaran kembali dari luar kota karena kehilangan pekerjaan.

Menurut Kusdiana, ke depan masing-masing desa harus menyiapkan minimal satu tempat isolasi terpusat. Ia membebaskan masing-masing desa untuk menggunakan gedung yang tersedia.

Gedung sekolah dinilai menjadi salah satu pilihan karena saat ini kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa di Pangandaran dilakukan secara daring dan luring. "Gimana Pak Kuwu (kades) mau di sekolah atau tempat lain," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler