Uni Eropa Akui Terlambat Setujui Penggunaan Vaksin Covid-19

Uni Eropa dikritik atas upaya vaksinasi

AP/Martin Meissner
Penghuni panti jompo berusia sembilan puluh dua tahun Gertrud Vogel mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 di Cologne, Jerman, Minggu, 27 Desember 2020. Pengiriman pertama vaksin virus corona yang dikembangkan oleh BioNTech dan Pfizer telah tiba di seluruh Uni Eropa , dan pihak berwenang mulai memvaksinasi orang yang paling rentan dalam upaya terkoordinasi pada hari Minggu.
Rep: Kamran Dikarma Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengakui Uni Eropa terlambat menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 dan terlalu optimistis mengenai produksinya. Hal itu disampaikan saat dia menghadapi kritik yang meningkat atas upaya vaksinasi di Benua Biru.

Baca Juga


“Ini adalah fakta bahwa kita hari ini tidak berada di tempat yang kita inginkan dalam perang melawan virus. Kita terlambat dengan persetujuan. Kita terlalu optimistis dengan produksi massal. Dan mungkin kami juga terlalu yakin bahwa pesanan benar-benar akan sampai tepat waktu," kata von der Leyen saat berbicara di hadapan anggota Parlemen Eropa pada Rabu (10/2), dikutip laman Aljazirah.

Dia mengungkapkan 26 juta dosis vaksin telah diberikan. Pada akhir musim panas, 70 persen orang dewasa di semua negara anggota Uni Eropa seharusnya sudah divaksinasi. Sejauh ini Uni Eropa telah menyetujui penggunaan tiga vaksin, yakni BioNTech/Pfizer, Moderna, dan Oxford-AstraZeneca. Namun peluncurannya terhambat penundaan pengiriman, kemacetan produksi, dan kesalahan politik.

Von der Leyen juga mengakui kesalahan yang dibuat dalam perselisihan sengit bulan lalu terkait vaksin antara Uni Eropa dan Inggris. Perhimpunan Benua Biru bermaksud menggunakan langkah-langkah darurat Brexit untuk membatasi pengiriman vaksin Covid-19 dari melintasi perbatasan Irlandia ke Inggris.

Namun, rencana tersebut akhirnya dihentikan setelah adanya gelombang kejutan melalui Irlandia Utara, London, dan Dublin. “Saya sangat menyesali itu,” katanya, seraya menambahkan bahwa Komisi Eropa akan melakukan yang terbaik untuk melindungi perdamaian di Irlandia Utara.

 

Menghindari perbatasan antara Irlandia (anggota Uni Eropa) dan Irlandia Utara, yang merupakan bagian dari mantan anggota UE Inggris Raya, dipandang sebagai kunci untuk melindungi proses perdamaian di sana.

Von der Leyen mengatakan krisis kesehatan telah menunjukkan banyak pelajaran yang bisa diambil. Klinik kesehatan di sana harus berbagi lebih banyak data. Peraturan untuk memungkinkan European Medicines Agency (EMA) bergerak lebih cepat dalam otorisasi vaksin harus diperbaiki. Hambatan industri yang memperlambat produksi vaksin pun harus ditangani.

"Uni Eropa akan meluncurkan uji klinis untuk memberikan data regulator lebih cepat dan Komisi akan membentuk satuan tugas untuk membantu meningkatkan produksi vaksin," kata von der Leyen.

Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa, sejak awal pandemi, Eropa telah mencatatkan hampir 20 juta kasus Covid-19. Korban meninggal di seluruh Eropa dan Wilayah Ekonomi Eropa mendekati 475 ribu jiwa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler