Bandara Soekarno-Hatta Siapkan Manajemen Energi

AP II memerlukan sistem manajemen energi baru dalam kembangkan eco-friendly airport.

AP II
PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) tengh menyiapkan manajemen eneegi berstandar global untuk Bandara Soekarno-Hatta. AP II bersama Ditjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM dan MTR3 - United Nations Development Programme (UNDP) secara resmi melakukan kick off meeting untuk merumuskan Sistem Manajemen Energi dalam memperoleh sertifikat global ISO 50001 untuk Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.
Rep: Rahayu Subekti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) tengh menyiapkan manajemen eneegi berstandar global untuk Bandara Soekarno-Hatta. AP II bersama Ditjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM dan MTR3 - United Nations Development Programme (UNDP) secara resmi melakukan kick off meeting untuk merumuskan Sistem Manajemen Energi dalam memperoleh sertifikat global ISO 50001 untuk Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.


"Nantinya, Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta akan menjadi bandara pertama di Indonesia dan Asia Tenggara yang memiliki sertifikat global ISO 50001," kata Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin, Kamis (11/2) malam.

Secara umum,kata dia, institusi yang berhasil mendapat standar global ISO 50001 menandakan bahwa sudah memiliki sistem manajemen energi untuk menetapkan kebijakan energi, tujuan, target energi, rencana aksi dan proses yang fokus. Khususnya terhadap efisiensi energi antara lain dengan memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT).

Awaluddin mengatakan AP II membutuhkan Sistem Manajemen Energi sesuai sertifikat global ISO 50001 sebagai pakem baru dalam pengembangan eco-friendly airport. “Kami perlu tata cara, strategi, dan standard operating procedure yang baru. Jangan mengelola hal baru dengan cara lama. Dibutuhkan cara baru untuk mempercepat penerapan eco-friendly airport di bandara AP II," jelas Awaluddin.

Dia menegaskan, konservasi energi menjadi prioritas bagi AP II sebagai upaya antisipasi perusahaan terhadap isu perubahan iklim global. Awaluddin memastikan, AP II sudah memulai di Bandara Soekarno-Hatta dengan menggunakan EBT yakni PLTS di gedung Airport Operation Control Center (AOCC) dan layanan taksi listrik yang dioperasikan Grab dan Blue Bird.

Awaluddin menambahkan,Sistem Manajemen Energi berstandar global ISO 50001 juga merupakan upaya dalam menekan biaya operasional. “Situasi sulit di tengah pandemi ini memberi kami pembelajaran, ditemukan resep baru pengelolaan bandara yang dapat menekan biaya operasional, salah satunya adalah Sistem Manajemen Energi sesuai ISO 50001," ungkap Awaluddin.

Dia menuturkan, sistem manajemen energi untuk Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta nantinya juga dapat digunakan di bandara-bandara lainnya. Saat ini, Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta sendiri merupakan terminal penumpang pesawat terbesar di Indonesia dengan kapasitas mencapai 25 juta penumpang per tahun.

 

Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur EBTKE Luh Nyoman Puspa Dewi mengatakan sampai saat ini di Indonesia baru terdapat 113 perusahaan yang mendapat sertifikat global ISO 50001. Hal tersebut terdiri dari dua sertifikat diberikan ke bangunan atau gedung, 64 sertifikat ke perusahaan industri, dan 47 sertifikat ke perusahaan energi.

“Ini bertujuan mencapai penghematan energi dan penurunan gas rumah kaca. Kegiatan ini (sertfikasi ISO 50001) juga dapat berdampak pada kinerja AP II, serperti cost efficiency," ujar Puspa.

Puspa menuturkan konservasi energi menjadi salah satu prioritas utama bagi banyak perusahaan energi dan perusahaan milik negara di Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan upaya pemerintah untuk mendorong perusahaan mengadopsi produktivitas lebih baik dengan emisi dan limbah lebih sedikit.

Sementara itu di, Manajer Proyek Nasional MTRE3 - UNDP Boyke Lakaseru mengatakan akan memberikan pendampingan dan dukungan teknis. Hal tersebut dilakukan agar Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta dapat memperoleh sertifikat ISO 50001.

Boyke menuturkan terdapat tiga hal yang akan dilakukan dalam merumuskan Sistem Manajemen Energi untuk meraih sertifikat ISO 50001. "Pertama adalah menentukan kerangka kerja detil dan kerangka waktu," ujar Boyke.

 

Selanjutnya yang kedua yaitu pemetaan profil perusahaan terkait energi. Lalu yang ketiga antara lain laporan pemetaan Final Energy Management System dan Sertifikasi ISO 50001 oleh TUV SUD pada tahun pertama.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler