Peneliti Ungkap Nyanyian Paus Bisa Deteksi Gempa Dasar Laut
Nyanyian paus sirip dapat digunakan untuk menghasilkan gambar seismik kerak samudera
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh John Nabelek, profesor di Fakultas Ilmu Bumi, Laut, dan Atmosfer di Universitas Negeri Oregon menunjukkan bahwa nyanyian paus sirip dapat digunakan untuk menghasilkan gambar seismik kerak samudera bumi. Data ini, secara praktis diduga bisa digunakan untuk mendeteksi gempa dasar laut.
"Data dari nyanyian ikan paus berguna tetapi tidak sepenuhnya menggantikan metode standar. Metode ini berguna untuk menyelidiki kerak samudera bumi di mana metode survei sains standar tidak tersedia," katanya dikutip dari newatlas, Selasa (16/2).
Paus sirip adalah salah satu makhluk terbesar yang pernah menjelajahi bumi. Ukuran paus bisa mencapai 85 kaki (25,9 m) dan beratnya mencapai 74 ton. Namun, salah satu karakteristik yang lebih luar biasa dari cetacea ini adalah nyanyian jantan yang panjang dan keras yang termasuk di antara suara frekuensi terendah yang dihasilkan oleh makhluk mana pun.
"Lagu-lagu ini sangat tidak biasa sehingga ketika pertama kali terdeteksi, lagu-lagu tersebut dianggap berasal dari sistem sonar rahasia Soviet. Sekarang, tim telah menemukan bahwa mungkin ada kegunaan praktis dari lagu-lagu ini - praktis dari sudut pandang manusia," kata dia.
Ia menambahkan pelacakan paus sirip dengan nyanyian mereka adalah praktik yang mapan. Namun, studi bukti konsep baru menunjukkan bahwa lagu-lagu ini dapat diambil oleh seismograf laut yang mengumpulkan data tentang dasar laut dengan membandingkan sinyal akustik dari air dengan getaran seismik dari tanah.
Tim menemukan bahwa nyanyian paus sirip berinteraksi dengan dasar laut dipantulkan dan dibiaskan oleh sedimen dan batuan dasar. Ini dapat digunakan untuk mengukur ketebalan lapisan ini serta menyediakan data lain.
Penemuan ini didasarkan pada studi gempa bumi yang direkam dari 54 seismometer dasar laut yang ditempatkan di sepanjang patahan transformasi Blanco sekitar 100 mil (160 km) dari Cape Blanco di Pesisir Oregon. Data menunjukkan kalau sinyal seismik yang kuat berhubungan dengan nyanyian paus di daerah tersebut.
Saat paus bernyanyi, sinyalnya dipantulkan oleh permukaan dan dasar laut. Ketika mereka bertemu yang terakhir, mereka berinteraksi dengan sedimen, lapisan basal di bawahnya dan kerak bawah gabbroic yang dibentuk oleh pendinginan magma jauh di dalam bumi.
Sinyal yang dipantulkan dan dibiaskan ini dapat direkam pada seismograf untuk membentuk gambar struktur kerak. Hal ini selanjutnya ditingkatkan dengan menggunakan tiga seismograf untuk melakukan pelacakan lokasi paus.
Menurutnya, menggunakan nyanyian ikan paus tidak hanya membantu untuk lebih memahami gempa dasar laut tetapi juga lebih mudah digunakan karena tidak seperti senapan angin yang digunakan untuk menghasilkan sinyal buatan, senjata ini non-invasif dan tidak diperlukan izin pemerintah.
"Langkah selanjutnya adalah menerapkan pembelajaran mesin untuk mengotomatiskan prosesnya nanti seperti apa," kata dia.