Kronologi Cucu Nabi SAW Husain Diarahkan ke Karbala
Imam Husain sengaja diarahkan ke Karbala
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Cucu Rasulullah ﷺ, Al-Husain wafat dalam tragedi berdarah di Karbala pada 61 Hijriyah. Husain telah melewati hari-hari getir selama di Karbala.
Dikutip dari buku Hasan dan Husain the Untold Story karya Sayyid Hasan al-Husaini, pada 1 Muharram tahun 61 Hijriyah al-Husain dicegat pasukan perintis yang dikirim Ubaidullah bin Yazid dari Kufah. Mereka terdiri dari 1.000 prajurit kavaleri di bawah komando al-Hurr bin Yazid ar-Rayyahi at-Tamimi (Al Muntazham).
Saat dihadang al-Hurr, al-Husain beralasan bahwa penduduk Kufah telah mengiriminya surat dan menyatakan bahwa mereka belum mempunyai pemimpin.
Mereka berjanji bahwa jika dia bersedia datang ke Kufah, maka mereka akan membaiatnya sebagai pemimpin dan mau berperang bersamanya. Dia kemudian mengeluarkan dua tas penuh berisi surat yang meminta kedatangannya ke Kufah.
Baca juga : Tuduh Erdogan Teroris, Jaksa Turki Selidiki Geert Wilders
Al-Hurr dan pasukannya yang merupakan penduduk Kufah menolak dikait-kaitkan dengan surat tersebut.
Al-Hurr berkata kepada al-Husain, "Kami sama sekali tidak termasuk kelompok yang mengirimkan surat-surat itu kepadamu. Kami hanya diperintahkan agar tidak meninggalkanmu hingga membawamu ke hadapan Ubaidullah bin Ziyad".
Al-Husain pun membalas perkataannya itu, "Kematian lebih dekat kepadamu, bahkan sebelum kamu dapat membawaku ke hadapan Ubaidullah". Setelah itu, al-Husain berkata kepada rombongannya: "Naiklah ke atas hewan tunggangan!" Mereka kemudian menaikkan para wanita ke atas hewan tunggangan.
Namun ketika hendak berangkat, al-Hurr bersama pasukannya kembali menghalangi mereka. Al-Husain pun marah dan mencela al-Hurr, "Semoga ibumu kehilanganmu! Apa maumu?"
Al-Hurr membalas, "Demi Allah! Seandainya bukan kamu yang mencelaku demikian pada kondisi seperti ini, pasti sudah kubalas dengan cemoohan yang sama terhadap ibunya! Namun kami tidak bisa mencela ibumu, yang kami katakan tentangnya hanya pujian yang baik, semampu kami."
Pasukan al-Hurr berbicara satu sama lain, sebelum memutuskan untuk mundur. Al-Hurr berkata lagi kepada al-Husain, "Kami tidak diperintahkan untuk membunuhmu, tetapi agar tidak membiarkanmu hingga membawamu ke Kufah untuk menemui Ubaidullah bin Ziyad. Jika kamu tidak bersedia melakukannya, maka carilah jalur lain yang tidak mengantarkanmu ke Kufah, juga tidak mengembalikanmu ke Madinah. Kamu bisa menyurati Yazid untuk hal itu; adapun Ubaidullah, biar aku yang menyuratinya. Dengan begitu, kuharap Allah akan menyudahi semua ini, dan Dia menyelamatkan diriku dari petaka akibat berhadapan denganmu (Lihat: Al-Bidayah wan Nihayah).
Al-Husain pun memutuskan untuk mengambil jalur kiri melewati Udzaibul Hajanat dan al-Qadisiyah, menuju utara ke arah Syam. Al-Hurr terus mengikuti al-Husain dan mengingatkannya agar bertakwa kepada Allah dengan tidak memancing peperangan di antara mereka. Sebab jika mereka bertikai di tempat itu, al-Husain pasti akan terbunuh. Walaupun demikian, setiap tiba waktu sholat kedua kubu mengerjakan sholat berjamaah dengan diimami al-Husain.
Pada hari kedua di Karbala, datanglah surat dari Ubaidullah bin Ziyad untuk al-Hurr. Ubaidullah -semoga Allah menghinakan dirinya- memerintahkan al-Hurr agar menggiring al-Husain ke tempat yang sunyi dan tidak ada airnya. (Lihat: Al-Muntazham).