Banjir Kemang yang tak Cukup dengan Normalisasi Kali Krukut

Kali Krukut belum direvitalisasi dan sudah mengalami penyempitan ukuran.

Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah kendaraan yang terjebak banjir di kawasan Kemang, Jakarta, Sabtu (20/2). Banjir yang terjadi akibat tingginya curah hujan serta drainase yang buruk itu membuat kawasan Kemang dilanda tergenang air dengan ketinggian sekitar 1,5 meter. Republika/Putra M. Akbar
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febryan A, Haura Hafizhah

Banjir di Kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (20/1) lalu, menyebabkan kerugian miliaran rupiah. Banjir di kawasan yang masuk wilayah Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, itu menggenang dengan ketinggian sekitar 1,5 meter pada Sabtu lalu.

Dua titik yang terendam parah adalah Jalan Kemang Raya dan Jalan Kemang Selatan VIII. Puluhan toko, rumah, restoran, dan mobil terendam. Video banjir Kemang persis di depan pusat pertokoan Kem Chik viral di media sosial.

Kawasan yang memang sebelumnya sudah sering banjir itu, tiga hari lalu kembali banjir terimbas luapan air dari Kali Krukut. Kali Krukut adalah sungai yang kian hari kian menyempit. Menormalisasi sungai tersebut dinilai sebagai solusi satu-satunya jika kawasan elite itu ingin bebas banjir.

Camat Mampang Prapatan, Djaharuddin, mengatakan, di sekitaran Jalan Kemang Raya itu terdapat puluhan tempat usaha yang terendam. Namun jika dilihat secara kelurahan di Kawasan Kemang, kata dia, terdapat ratusan rumah yang terdampak.

"Kerugian akibat banjir di Kemang itu bisa lah miliaran rupiah," kata Djaharuddin ketika ditemui di Kawasan Kemang, Senin (22/2).

Menurut Djaharuddin, banjir di Kawasan Kemang, terutama di Jalan Kemang Raya, terjadi karena meluapnya Kali Krukut. Luapan terjadi karena tingginya intensitas hujan dan adanya kiriman air dari kawasan hulu sungai.

Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Selatan, Mustajab, mengatakan, selain tingginya curah hujan, luapan terjadi karena luas Kali Krukut yang semakin sempit. Begitu juga kedalamannya yang kian hari kian dangkal.

"Kali Jrukut itu belum pernah direvitalisasi. Sedangkan bangunan-bangunan (makin) menyempitkan kali itu di sisi kiri dan kanannya," kata Mustajab ketika dihubungi, Senin.

Saat hujan deras dan air kiriman datang melewati Kali Krukut badan sungai tak lagi sanggup menampung debit air. Ketika banjir Sabtu lalu, debit air yang datang dari hulu sebanyak 277 meter kubik per detik. Sedangkan daya tampung Kali Krukut hanya 150 meter kubik per detik.

"Berarti kan sudah dua kali lipat dari daya tampung maksimalnya. Makanya terjadi limpasan yang mengakibatkan banjir," ujar Mustajab.

Dia menjelaskan, penyempitan memang disebabkan oleh pembangunan yang masif di bantaran sungai tersebut. Luas trase Kali Krukut di bagian tengah (Kemang) yang idealnya 20 meter, kini hanya tersisa sekitar 10 sampai 15 meter.

Berdasarkan pantauan Republika di Kali Krukut di dekat Jembatan Kali Krukut, titik lokasi banjir Sabtu lalu, tampak lebar sungai hanya sekitar 12 meter. Di kiri dan kanannya tampak berderet bangunan seperti rumah, toko, dan hotel. Bangunan itu dibangun persis hingga ke bibir kali. Tak ada sempadan sungai yang tersisa.

"Memang lebar Kali Krukut di Kemang itu sudah tidak ideal. Warga tidak mau mundur dari pinggir kali, padahal itu tanah kita. Di sepanjang Kali Krukut itu mereka membangun tanpa memiliki IMB (Izin Mendirikan Bangunan)," kata Mustajab. Bangunan tak punya IMB itu, kata dia, berupa toko, rumah dan hotel. Hal ini terjadi sudah sejak 10 tahun silam.

Camat Djaharuddin maupun Mustajab berpendapat bahwa solusi banjir di Kawasan Kemang adalah dengan cara menormalisasi Kali Krukut. Kali yang membentang dari Depok hingga Jakarta Pusat itu harus dikembalikan lebarnya sesuai standar, yakni 20 meter.

"Solusi jangka panjangnya ya normalisasi. Dibikin lagi lebar trasenya 20 meter dan sempadan kiri kanannya 3 meter. Jadi lebarnya minimal 25 meter," kata Mustajab. Trase sungai 20 meter dan sempadan 3 meter itu, kata dia, sesuai dengan ketentuan undang-undang untuk sungai di wilayah perkotaan.

Menurut dia, normalisasi Kali Krukut adalah kewenangan pemerintah pusat yang dalam hal ini adalah Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC). Sedangkan pembebasan lahan di bantaran sungai juga tanggung jawab pemerintah pusat. "Kita (Pemerintah Daerah) membebaskan lahan itu sebenarnya hanya kontribusi saja. Kalau dalam undang-undang itu kewajiban pemerintah pusat," kata dia.

Baca Juga


Pengamat Tata Kota, Nirwono Yoga, mengatakan pemerintah daerah harus segera membuat pelebaran Kali Krukut dan pembangunan waduk baru di Kemang. Hal ini harus dilakukan agar tidak ada lagi luapan air di wilayah Jakarta Selatan.

"Untuk kasus Kali Krukut dan Kemang maka yang harus dilakukan adalah pelebaran Kali Krukut, pembangunan waduk baru di Kemang, memperbesar saluran air serta meninjau dan membatasi izin pembangunan di wilayah Kemang," katanya saat dihubungi.

Kemudian, ia melanjutkan efisiensi penggunaan lahan ini harus dimaksimalkan. Misalnya, tidak ada lagi izin pembangun rumah yang boros lahan, batasi pembangunan gedung bertingkat, optimalkan pembangunan waduk baru dan penambahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kemang.

"Hal ini harus segera ditindaklanjuti dengan cepat. Kalau tidak, luapan air akan semakin banyak dan berdampak pada masyarakat juga. Ini bahaya," kata dia.

Gubernur diminta berani membenahi seluruh sungai secara tuntas. Selain itu, Anies juga harus bekerja sama dengan pusat dan pemda terkait masalah banjir yang terus berulang tanpa ada solusi yang tepat.

"Gubernur DKI Jakarta ini harus bekerja sama dengan kementerian PUPR serta Pemda Bogor, Bekasi dan sebagainya. Terus Gubernur juga harus berani benahi seluruh sungai utama dan anak sungai secara menyeluruh, bertahap dan tuntas. Lakukan juga pembebasan lahan sempadan sungai dan merelokasi ke rusun," katanya.

Kemudian, ia melanjutkan kementerian PUPR harus melakukan penataan bantaran sungai dengan memadukan normalisasi dan naturalisasi bukan mempertentangkan. Targetkan dari 13 sungai utama DKI Jakarta mampu berapa tahun. Misalnya dua  sungai per tahun berarti akan tuntas tahun ke tujuh.

"Di era Fauzi Bowo sudah difokuskan empat sungai yang akan dibenahi seperti Ciliwung, Pesanggrahan, Angke dan Sunter. Nah, gubernur sekarang harus dilanjutkan jangan berhenti di tempat," kata dia.

Lalu, salah satu penyebab banjir kemarin adalah banjir kiriman dari berbagai daerah maka harus ada kerjasama dengan daerah sekitar. Seperti penghentian izin pembangunan di Puncak dan melakukan penghijauan serta membenahi semua sungai di Bodetabek.

"Curah hujan setiap tahun cenderung naik di atas rata-rata hujan tertinggi (hujan ekstrem). Sehingga bisa menenggelamkan  suatu wilayah dalam waktu lama. Artinya tidak cepat surut. Ini Pemprov DKI, Pemda dan Kementerian PUPR harus cepat bertindak," kata dia.

Ia menambahkan Gubernur DKI Jakarta sempat menyatakan kalau saluran air Jakarta hanya mampu menampung air hujan dengan curah hujan 100 milimeter (mm)/hari. Sementara, curah hujan kemarin mencapai 226 mm/hari di Pasar Minggu atau 370 mm/hari tahun lalu di Halim Perdanakusuma.

"Artinya Gubernur DKI harus melakukan rehabilitasi seluruh saluran air kota tersebut dimana saat ini hanya 33 persen yang berfungsi baik. Jadi, semua ini harus cepat dilakukan ya kalau tidak akan berdamp

Pada Sabtu malam, Jalan Raya Kemang, Jakarta Selatan hingga Sabtu (20/2) malam pukul 19.35 WIB masih tergenang banjir dengan ketinggian sekitar satu meter. Sebagian jalan tertutup air kurang lebih satu km.

Petugas Pintu Air Kemang Raya mencatat saat banjir menggenangi Jalan Raya Kemang ketinggian muka air Kali Krukut mencapai 350 cm atau siaga satu banjir. Naiknya permukaan air menyebabkan jebolnya tanggul di Kali Krukut, sehingga air luapan kali masuk ke saluran penghubung hingga merendam dua unit pompa berkapasitas 1.000 liter per detik yang ada di Rumah Pompa Kemang Raya.

"Ada dua tanggul yang jebol, pertama di belakang Plaza Bisnis, panjangnya tidak termonitor, jebol pukul 02.00 WIB," kata Zaenal, petugas piket Rumah Pompa Kemang Raya.

Kemarin sore, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyebut, wilayah yang sebelumnya banjir akibat luapan Kali Krukut kini telah kering sepenuhnya. Anies menjelaskan, luapan Kali Krukut sebelumnya berdampak terhadap pemukiman maupun area pertokoan yang ada di sekitar Jalan Kemang Raya, Jalan Tendean, Jalan Widya Chandra, dan Jalan Gatot Subroto di Jakarta Selatan. Lalu Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Bendungan Hilir di Jakarta Pusat.

"Alhamdulillah di tempat-tempat yang kemarin masih tergenang, saat ini sudah surut, kering," kata Anies usai meninjau proses pembersihan sisa banjir di sejumlah pertokoan di sekitar Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, Ahad (21/2).

Surutnya genangan itu, kata Anies, terjadi karena permukaan Kali Krukut sudah mulai surut sejak Sabtu malam. Sebab, air kiriman dari bagian hulu sudah berkurang.

Selain itu, genangan juga surut sepenuhnya karena jajarannya terus bekerja sampai tuntas. Baik melakukan penyedotan air maupun membantu warga membersihkan lumpur-lumpur sisa banjir. "Sekarang sudah kering semuanya. Mudah-mudahan masyarakat sekitar beraktivitas kembali," kata Anies.







BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler