Ahli Ajak Riset Vaksin Tanah Air Dimasukkan ke Jurnal Ilmiah

Riset vaksin Covid-19 yang masuk jurnal ilmiah penting agar bisa dinilai global.

AP/Tatan Syuflana
Seorang pria menerima suntikan vaksin COVID-19. Beragam riset di Tanah Air sedang dikembangkan agar Indonesia bisa pula menghasilkan vaksin corona buatan dalam negeri.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riset-riset mengenai vaksin anti-Covid-19 yang dilakukan di Indonesia disambut baik ahli kesehatan dr Andreas Harry Lilisantoso, SpS (K). Riset namun perlu dibarengi dengan laporan dalam jurnal ilmiah.

"Senang melihat banyak riset mengenai vaksin anti-Covid-19 buatan Indonesia, namun karena ini sifatnya pandemi dan bukan endemis, maka jurnalkan penelitian itu. Baik secara nasional maupun international," katanya di Jakarta, Senin (22/2).

Sebelumnya, untuk mempercepat penanganan Covid-19 di Indonesia, pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tanggal 3 September 2020 telah membentuk Tim Pengembangan Vaksin Covid-19. Tim itu bertugas mengembangkan vaksin Covid-19 produksi dalam negeri yang diberi nama vaksin Merah Putih. Vaksin dalam negeri bertujuan untuk menciptakan kemandirian pemenuhan kebutuhan vaksin Covid-19 ke depannya.

Riset vaksin Merah Putih dilakukan oleh enam lembaga dalam negeri. Yaitu Lembaga Eijikman, LIPI, UI, UGM, ITB, dan Unair. Sedangkan untuk uji klinis, produksi, dan pendistribusian diserahkan kepada perusahaan BUMN PT Bio Farma.

Berdasarkan informasi yang dihimpun vaksin Merah Putih dikembangkan menggunakan isolat virus Covid-19 yang bertransmisi di Indonesia, dengan platform sub-unit protein rekombinan. Sambil menunggu kesiapan vaksin Merah Putih, pemerintah berupaya memenuhi kebutuhan vaksin dengan cara mendatangkan vaksin dari luar negeri, antara lain berasal dari perusahaan farmasi AstraZeneca, Pfizer Inc., BioNTech, Moderna, Sinovac Biotech, dan Sinopharm.

Belakangan, setelah Merah Putih, muncul Vaksin Nusantara. Vaksin Nusantara ini digagas Tim peneliti dari PT. Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bersama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat, dan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip), serta ada nama mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di dalamnya. Vaksin itu disebut sudah memasuki serangkaian tahap uji klinis fase dua.

Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di sela mendampingi kunjungan kerja anggota Komisi IX DPR di RSUP dr. Kariadi Semarang, Selasa (16/2) mengatakan bahwa Vaksin Nusantara bersifat personal dan efektif untuk segala usia, mulai dari anak-anak hingga di atas 60 tahun. Termasuk bisa digunakan semua penyakit penyerta (komorbid).

Menurut Andreas Harry, yang juga anggota "International Advance Research" Asosiasi Alzheimer Internasional (AAICAD) dengan skalanya yang sudah pandemi, ia mendukung riset tersebut dilanjutkan. Syaratnya harus tetap mengacu dan mengikuti kaidah-kaidah metodologi penelitian dunia.

Ia kembali menegaskan bahwa dengan dibuatnya jurnal penelitian yang bisa diakses pemangku kesehatan luas akan membawa dampak yang produktif. "Dengan dibuatnya jurnal penelitian secara nasional dan internasional, pasti banyak masukan dan tanggapan yang bisa diambil dengan tujuan lebih baik dan lengkap," kata ahli saraf lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) itu.

Menurut dia, memang semua pihak punya otoritas untuk memakai hasil penelitian dimaksud. Namun agar bisa dinilai secara global, riset-riset itu bisa diikuti masyarakat dunia juga, karena Covid-19 ini bukan endemis yang hanya di Indonesia saja.

Apalagi, sudah banyak laporan terjadinya mutasi virus, sehingga riset-riset dari Indonesia, dalam bentuk jurnal ilmiah yang mudah diakses, nantinya juga menjadi sumbangsih Indonesia bagi dunia guna mengatasi pandemi Covid-19, kata Andreas Harry Lilisantoso. Andreas juga dikenal sebagai sukarelawan yang membantu menggalang bantuan nutrisi bagi tenaga kesehatan.


Baca Juga


sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler