China Tangkap Netizen yang Berkomentar Soal Bentrokan India

Media lokal melaporkan blogger yang ditangkap memiliki 3,8 juta pengikut Weibo

ABC News
Bendera China. Polisi China menangkap seorang blogger yang menulis komentar mengenai tentara China yang tewas dalam bentrokan dengan pasukan India di perbatasan Himalaya.
Rep: Lintar Satria Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Polisi China menangkap seorang blogger yang menulis komentar mengenai tentara China yang tewas dalam bentrokan dengan pasukan India di perbatasan Himalaya. Pihak berwenang mengatakan pria berusia 38 tahun itu 'dengan jahat memutar balikan kebenaran'.

Baca Juga


Pada Selasa (23/2), BBC melaporkan pria itu merupakan salah satu dari enam orang yang ditahan pihak berwenang China karena membuat pernyataan tidak tepat mengenai bentrokan tersebut. Peristiwa yang terjadi pada Juni tahun lalu menjadi bentrokan mematikan pertama kedua negara bertetangga setelah 45 tahun.

Pada 2018, China meloloskan undang-undang yang melarang orang 'memfitnah pahlawan dan martir'. Tetapi salah satu kolumnis surat kabar China Daily menulis seseorang hanya bisa didakwa bila ia melanggar amandemen undang-undang hukum pidana yang baru mulai berlaku bulan depan.

Orang yang didakwa dengan undang-undang itu dapat dihukum hingga tiga tahun penjara. "Bila sepuluh hari ke depan ia dinyatakan bersalah maka ia akan menjadi orang pertama yang divonis atas undang-undang ini," tulis seorang kolumnis di China Daily.

Biro Keamanan Publik Nanjing mengeluarkan pernyataan yang mengatakan laki-laki yang nama depannya Qiu ditangkap pada 19 Februari lalu. Media lokal melaporkan blogger berusia 38 tahun itu memiliki 3,8 juta pengikut di media sosial Weibo.

Akun tersebut tidak dapat diverifikasi karena telah dihapus. Pekan lalu Weibo mengumumkan akun Qiu ditutup selama satu tahun.

"(Pria itu mengaku) melakukan tindakan ilegal untuk menarik perhatian netizen, merusak fakta di Weibo, dan menghina dan memfitnah pahlawan yang mempertahankan perbatasan," kata media sosial tersebut.

Sejak saat itu, ia ditahan karena 'memicu perpecahan dan memprovokasi masalah', dakwaan yang kerap diberikan pada kritikus pemerintah. Dakwaan yang sama digunakan untuk menahan beberapa orang yang memberikan komentar atas insiden di perbatasan. Pihak berwenang tidak mengungkapkan apa yang dikatakan orang-orang yang ditahan itu.

 

Pekan lalu untuk pertama kalinya China mengungkapkan jumlah korban tewas dari pihak mereka dalam bentrokan dengan tentara India di Lembah Galwan, Ladakh. Sebelumnya India mengumumkan 20 tentara mereka tewas dalam bentrokan tersebut.

Media militer China menetapkan pasukan yang gugur sebagai 'pahlawan' karena telah mengorbankan 'masa muda, darah dan nyawa' mereka untuk perbatasan. Chen Hongjun, Chen Xiangrong, Xiao Siyuan dan Wang Zhouran mendapat penghargaan anumerta.

Selama puluhan tahun China dan India bersengketa di wilayah perbatasan. Akar masalah ketegangan ini adalah perbatasan sepanjang 3.440 kilometer yang disebut Line of Actual Control.

Sungai, danau dan lapisan salju yang dapat bergeser kerap mengubah garis perbatasan. Sehingga pasukan kedua negara seringkali saling berhadapan di sejumlah titik yang akhirnya memicu konfrontasi. Tetapi sudah lama India dan China sepakat untuk tidak menggunakan senjata dan bahan peledak di perbatasan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler