Irak Ingin Perkuat Hubungan dengan AS
Perdana Menteri Irak mengisyaratkan akan mempertahankan dialog dengan AS
REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Perdana Menteri Irak Mustafa Al-Kadhimi melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Selasa (23/2). Mereka membahas berbagai topik, termasuk penguatan hubungan bilateral.
"Saya berbicara dengan Presiden AS hari ini. Kami menegaskan kembali komitmen kami untuk memperkuat hubungan Irak-AS untuk kepentingan rakyat kami dan kerja sama dalam memerangi ISIS guna memastikan perdamaian serta stabilitas regional," kata Al-Khadimi melalui akun Twitter pribadinya, dikutip laman Anadolu Agency.
Dia mengisyaratkan akan mempertahankan dialog dengan AS. "Dialog strategis terus menjadi peta jalan untuk masa depan," ujarnya. Pembicaraan antara Al-Kadhimi dan Biden terjadi setelah pangkalan militer AS di wilayah Kurdistan, Irak, menjadi target serangan roket.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah mengecam serangan tersebut. "Kami marah dengan serangan roket hari ini di Wilayah Kurdistan Irak. Laporan awal menunjukkan serangan itu menewaskan satu kontraktor sipil dan melukai beberapa anggota Koalisi, termasuk satu anggota layanan Amerika serta beberapa kontraktor Amerika," kata Blinken dalam sebuah pernyataan pada 15 Februari lalu.
Dia menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dari kontraktor sipil yang tewas dalam serangan tersebut. "Saya telah menghubungi Perdana Menteri Pemerintah Regional Kurdistan Masrour Barzani untuk membahas insiden tersebut dan berjanji mendukung semua upaya untuk menyelidiki dan meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab," kata Blinken.
Serangan roket menghantam pangkalan militer AS yang berada di dekat Bandara Internasional Erbil. Sebuah kelompok bernama Saraya Awliya al-Dam mengaku bertanggung jawab atas serangan di pangkalan pimpinan AS itu. Mereka mengatakan menargetkan "pendudukan Amerika" di Irak. Namun, kelompok tersebut tidak memberikan bukti atas klaimnya.