Erick: Indonesia Targetkan Produksi Baterai Listrik di 2023
Erick Thohir sebut pemerintah bentuk konsorsium BUMN untuk produksi baterai listrik
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pembentukan Indonesia Investment Authority atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) merupakan terobosan yang dilakukan pemerintah dalam percepatan pemulihan ekonomi.
Erick menilai LPI menjadi inovasi Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan nasional untuk pembangunan melalui modal dan tidak lagi bergantung pada utang.
"Kita ingin proyek strategis nasional terus berjalan tidak dengan utang tapi malah didukung modal. Kita harap pengembangan infrastruktur tetap berjalan dengan bantuan modal," ujar Erick dalam acara CNBC Economic Outlook 2021 di Jakarta, Kamis (24/2).
Erick menyebut tiga prioritas pembangunan infrastruktur dalam LPI yakni jalan tol, bandara, dan pelabuhan. Erick mengatakan Kementerian BUMN juga tengah melakukan optimalisasi market atau aset market BUMN. Erick mengaku sedang mendorong delapan BUMN hingga 12 BUMN untuk go public pada tiga tahun ke depan sebagai bagian dari peningkatan tata kelola perusahaan yang baik.
Selain LPI, lanjut Erick, pemerintah juga menaruh fokus pada pengembangan industri electric vehicle (EV Battery) atau baterai kendaraan listrik dalam program Indonesia Tumbuh. Erick mengatakan Indonesia memiliki potensi besar menjadi produsen baterai kendaraan listrik lantaran memiliki sumber daya alam yang dibutuhkan.
"Kita tidak mau nikel hanya kirim dengan raw, tapi bagaimana bisa diproses dalam negeri," ucap Erick.
Erick mengatakan Indonesia melalui konsorsium BUMN yang terdiri atas Pertamina, PLN, hingga Mind ID telah menandatangani kerja sama pengembangan baterai kendaraan listrik dengan CATL dan LG Chem. Erick menargetkan konsorsium BUMN tersebut mulai dapat memproduksi baterai kendaraan listrik pada 2023.
Selain pengembangan baterai kendaraan listrik, kata Erick, Indonesia juga memiliki fondasi sumber daya alam lain yang melimpah seperti batu bara, kelapa sawit, karet, dan tembaga. Oleh karenanya, ucap Erick, pemerintah saat ini sedang merelaksasi komoditas-komoditas tersebut menjadi fundamental pertumbuhan bangsa.
"Kita lihat komoditas menjadi kekuatan negara sejak lama, harga komoditas meningkat terus, baik batu bara, nikel, dan sawit tembaga. Ini kenapa presiden berpesan jangan dilepas seperti biasa, harus ada nilai tambah, jadi seimbang antara ekspor dan hilirisasi," ungkap Erick.
Dengan sejumlah langkah inovasi, Erick berharap, ekonomi Indonesia dapat pulih pada tahun ini dan kembali normal pada 2022 atau 2023.