Ilmuwan Temukan Planet Dekat Mirip dengan Bumi

Ilmuwan menjadikan planet Gliese 486 b sebagai sasaran penelitian berikutnya.

EPA-EFE/ESO/L. Calcada
ilustrasi:temuan planet - Foto handout yang disediakan oleh European Southern Observatory (ESO) pada 27 Maret 2019 menunjukkan kesan seniman terhadap planet ekstrasurya yang diamati, yang dinamai HR8799e (dikeluarkan 27 Maret 2019). Instrumen GRAVITASI pada Very Large Telescope Interferometer (VLTI) milik ESO telah melakukan pengamatan langsung pertama dari sebuah planet ekstrasurya menggunakan interferometri optik. Metode ini mengungkap atmosfer eksoplanet yang kompleks dengan awan besi dan silikat yang berputar-putar dalam badai di seluruh planet. Teknik ini memberikan kemungkinan unik untuk mengkarakterisasi banyak exoplanet yang dikenal saat ini.
Rep: Puti Almas Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Para ilmuwan telah melihat planet yang mengorbit sebuah bintang berjarak relatif dekat dengan tata surya. Planet ini mungkin menawarkan kesempatan untuk mempelajari atmosfer dunia asing yang mirip dengan Bumi.

Planet yang disebut sebagai Gliese 486 b dan diklasifikasikan sebagai Bumi super bukanlah tempat yang menjanjikan untuk kehidupan manusia. Planet ini dinilai tidak ramah, dengan suhu panas dan kondisi kering seperti Venus. Planet ini memiliki kemungkinan memiliki sungai lava yang mengalir di atas permukaannya.

Meski demikian, jarak yang berdekatan dengan Bumi dan ciri-ciri fisik yang mirip membuat Gliese 486 b sangat cocok untuk menjadi objek studi atmosfer dengan teleskop antariksa berbasis darat generasi berikutnya. Studi dimulai dengan menggunakan teleskop luar angkasa James Webb yang dijadwalkan oleh Badan Antariksa Amerika (NASA) untuk diluncurkan pada Oktober mendatang.

Dari studi tersebut nantinya, para ilmuwan mungkin bisa mendapatkan data yang dapat menguraikan atmosfer planet di luar tata surya (exoplanet). Termasuk diantaranya adalah yang mungkin layak huni untuk manusia seperti Bumi.

“Kami mengatakan bahwa Gliese 486 b akan segera menjadi Batu Rosetta exoplanetology, setidaknya untuk planet yang mirip Bumi,” ujar astrofisikawan dan rekan penulis studi José Caballero dari Centro de Astrobiología di Spanyol.

Caballero mengacu pada lempengan batu kuno yang membantu para ahli menguraikan hieroglif Mesir. Sejauh ini, ilmuwan telah menemukan lebih dari 4.300 exoplanet. Beberapa diantaranya adalah planet gas besar yang mirip dengan Jupiter.

Sementara itu, exoplanet lainnya yang ditemukan adalah bentuk dunia lebih kecil dan berbatu seperti Bumi. Ini dianggap sebagai salah satu planet layak huni untuk manusia. Namun instrumen ilmiah saat ini belum banyak memberi petunjuk tentang atmosfernya.

“Planet ekstrasurya harus memiliki konfigurasi fisik dan orbit yang tepat agar sesuai untuk penyelidikan atmosfer,” jelas ilmuwan planet Trifon Trifonov dari Institut Astronomi Max Planck di Jerman, penulis utama penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science.

Bumi super adalah exoplanet dengan massa lebih besar dari planet manusia saat ini, namun jauh lebih kecil dari raksasa es di tata surya, seperti Uranus dan Neptunus. Massa Gliese 486 b adalah 2,8 kali massa Bumi.

Gliese 486 b terletak sekitar 26,3 tahun cahaya dari Bumi. Ini menjadikannya sebagai salah satu exoplanet terdekat.

Baca Juga




Bumi super mengorbit bintang katai merah yang lebih kecil, dingin, dan kuran bercahaya dari matahari, dengan massa sekitar sepertiga. Planet ini mengorbit sangat dekat dengan bintang asalnya, membuatnya sangat teradiasi.

Seperti Bumi, Gliese 486 b adalah planet berbatu dan diperkirakan memiliki inti logam. Suhu permukaannya sekitar 800 derajat Fahrenheit (430 derajat Celcius) dan gravitasi permukaannya mungkin 70 persen lebih kuat dibanding Bumi.

"Gliese 486 b tidak bisa dihuni, setidaknya tidak seperti yang kita kenal di Bumi ini. Planet ini mungkin hanya memiliki atmosfer yang lemah, jika ada,” kata Trifonov menambahkan.

Trifonov mengatakan model tersebut konsisten dengan kedua skenario karena iradiasi bintang cenderung menguapkan atmosfer. Sementara itu, pada saat yang sama, gravitasi planet cukup kuat untuk menahannya.

Gliese 486 b terbukti ideal untuk mempelajari atmosfer planet mirip Bumi menggunakan instrumen pada Teleskop Luar Angkasa James Webb dan teleskop besar lainnya di masa depan di sebuah observatorium astronomi yang sekarang sedang dibangun di Chili.

Komposisi kimiawi atmosfer dapat memberi tahu banyak hal tentang planet dan kelayakan huniannya. Para ilmuwan tertarik untuk melihat kombinasi gas di atmosfer planet ekstrasurya mirip Bumi, dengan campuran oksigen, karbon dioksida, dan metana seperti planet kita sendiri sebagai indikasi potensial kehidupan.

“Semua yang kita pelajari dengan atmosfer Gliese 486 b dan planet mirip Bumi lainnya akan diterapkan, dalam beberapa dekade, untuk mendeteksi tanda biologis, mular dari fitur spektral pada atmosfer exoplanet yang hanya dapat dianggap berasal dari kehidupan di luar Bumi,” jelas Caballero.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler