Studi: Berhenti Merokok Perbaiki Kesehatan Mental

Perokok yang masih ragu meninggalkan kebiasaannya, ada baiknya simak hasil studi ini.

Pixabay
Menurut riset teranyar, berhenti merokok amat berkaitan dengan perbaikan kesehatan mental seseorang.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi perokok yang masih ragu meninggalkan kebiasaannya, ada baiknya menyimak hasil studi ilmiah berikut. Menurut riset teranyar, berhenti merokok amat berkaitan dengan perbaikan kesehatan mental seseorang.

Baca Juga


Penelitian digagas oleh tim dari Universitas Birmingham, Bath, Oxford, serta Universitas New York. Tinjauan kolaboratif antarnegara tersebut merangkum 102 studi observasional yang melibatkan hampir 170 ribu orang.

Temuannya mengungkap, orang yang berhenti merokok cenderung mengalami penurunan risiko gejala kecemasan dan depresi. Secara jangka panjang, mereka juga cenderung tidak mudah mengalami perubahan suasana hati.

Secara sosial, relasi mereka cenderung tidak terganggu hanya karena berhenti merokok. Mereka yang setop merokok juga melaporkan memiliki perasaan yang lebih positif dan lebih sejahtera secara psikologis.

Merokok adalah penyebab utama kematian akibat penyakit penyerta yang sebetulnya dapat dicegah. Satu dari dua orang perokok tercatat meninggal dunia karena penyakit yang berhubungan dengan dampak merokok.

Akan tetapi, masih banyak orang yang percaya bahwa kebiasaan merokok bisa mengurangi stres dan gejala kesehatan mental lain. Mereka enggan berhenti karena cemas nantinya mudah stres dan tidak bisa mendapat banyak ide.

Baca juga : Biden Teken UU Penanggulangan Covid-19, IHSG Dibuka Naik

Penulis utama studi Gemma Taylor mengatakan sebagian besar perokok percaya kebiasaannya sangat membantu ketika mereka merasa tertekan. Dalam kenyataannya, merokok malah membuat kondisi mereka memburuk tanpa disadari.

"Terjadi siklus harian ketika seseorang menginginkan rokok, memuaskan keinginan, lalu inginginkan sebatang rokok lagi dalam beberapa jam," ujarnya, dikutip dari laman Birmingham, Jumat (12/3).

Pakar adiksi dan kesehatan mental di Universitas Bath itu menjelaskan, banyak perokok memang mengalami kesulitan ketika awal memutuskan menghentikan kebiasaan. Akan tetapi, jika berhasil, itu akan diiringi dengan kondisi mental lebih baik.

Dari bukti yang mereka himpun, hubungan antara berhenti merokok dan suasana hati serupa pada beberapa orang. Hal terpenting, tidak ada bukti bahwa berhenti merokok malah membuat kondisi kesehatan mental seseorang memburuk.

Dosen Kesehatan Masyarakat dan Epidemiologi di Universitas Birmingham, Amanda Farley, menyatakan bahwa ulasan timnya tersebut menyatukan beragam bukti penelitian. Semua diproses menggunakan metode sistematis yang ketat.

Di antaranya, terdapat 63 penelitian yang mengukur perubahan gejala kesehatan mental pada orang yang berhenti merokok dan perubahan yang terjadi pada orang yang terus merokok. Itu digabungkan dengan 10 penelitian yang mengukur berapa banyak orang yang mengalami gangguan kesehatan mental.

Baca juga : Pecahkan Rekor Pribadi di Qatar, Rossi Kian Optimistis

 

Studi melibatkan peserta dengan berbagai kondisi, termasuk yang mengalami kondisi kesehatan mental tertentu dan yang mengidap penyakit fisik jangka panjang. Lamanya waktu analisis tiap orang bervariasi dari enam pekan hingga enam tahun.

"Tinjauan kami menemukan bahwa kesehatan mental tidak lebih buruk pada mereka yang berhenti merokok dan terkait dengan peningkatan suasana hati. Ini adalah kabar baik bagi perokok, dan dapat membantu melawan mitos bahwa merokok mendukung kesehatan mental," kata Farley.

Hasil penelitian terbit tepat saat Public Health England merilis laporan serupa. Berdasarkan data itu, perokok cenderung memiliki kesejahteraan mental yang lebih buruk daripada nonperokok.

Pada 2019, terdapat 1,6 juta perokok di Inggris yang mengalami tingkat kecemasan yang tinggi. Ketika kecemasan meningkat untuk seluruh populasi pada 2020 akibat Covid-19, ada juga lonjakan tingkat kecemasan di kalangan perokok.

Peningkatan di kalangan perokok itu tercatat menjadi 2,4 juta pada 2020. Begitu pula kenaikan jumlah perokok yang melaporkan tingkat kebahagiaan yang rendah, dari 900 ribu pada 2019 menjadi 1,3 juta pada 2020.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler