Kota dengan Waktu Puasa Terlama dan Tersingkat Tahun Ini
Perbedaan waktu puasa disebabkan letak geografis tiap negara.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan suci Ramadhan akan segera datang. Umat Muslim di berbagai belahan dunia akan melaksanakan puasa dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari.
Namun demikian, terdapat perbedaan waktu lamanya melaksanakan ibadah puasa disebabkan letak geografis tiap-tiap negara. Kota mana sajakah yang paling lama dan paling sebentar waktu berpuasanya pada Ramadhan tahun ini? Berikut seperti dilansir Iqna.ir, Selasa (16/3).
Harian Emirat Gulf News menggunakan waktu sholat di kota-kota besar sejumlah negara untuk menghitung interval antara Subuh (sebelum matahari terbit) dan Maghrib (menandai matahari terbenam) pada hari pertama Ramadhan yang diperkirakan pada 13 April 2021.
Kota Murmansk di Rusia memiliki waktu berpuasa hampir 18 jam. Muslim Murmansk akan mengawali puasa dari pukul 02.43 sampai pukul 20.38.
Muslim di kota Ushuaia, Argentina akan menjalani puasa selama 12 jam 23 menit mulai dari pukul 06.23 sampai 18.46. Sementara kota Santiago, Chile memiliki waktu berpuasa 12 jam 41 menit.
Umat Muslim di Riyadh, Arab Saudi akan berpuasa 14 jam dua menit mulai dari pukul 04.12 sampai 18.14. Sedang kota Dubai, Uni Emirat Arab diperkirakan memiliki catatan waktu berpuasa selama 14 jam 5 menit dengan dimulai pada pukul 04.39 sampai 18.44.
Di Kerala, India akan mengawali puasa pada pukul 05.05 dan mengakhiri puasa pada pukul 19.00. Artinya, Muslim Kerala akan berpuasa selama 14 jam 5 menit.
Sebaliknya, orang Mesir akan mengakhiri puasa mereka lebih awal pada pukul 18.22. Namun, secara teknis jam puasa mereka juga lebih lama dari UEA yaitu 14 jam 22 menit karena Subuh juga sedikit lebih awal.
Di negara-negara di mana matahari terbenam dan matahari terbit terlalu singkat (kurang dari tiga jam) atau tidak dapat dibedakan, telah dikeluarkan fatwa untuk memungkinkan umat Islam mengikuti waktu di kota terdekat yang memiliki waktu siang dan malam yang dapat dibedakan.
Misalnya jika Ramadhan berlangsung pada Juni, orang-orang di Swedia misalnya akan mengamati fenomena matahari tengah malam, yang akan membuat hampir tidak mungkin bagi umat Islam untuk berpuasa di sana. Jadi mereka akan melihat ke negara tetangga untuk mengikuti waktu puasa mereka.
Mengapa jam puasa Ramadhan hampir tidak berubah di Timur Tengah? Jika kita tinggal di kota yang dekat dengan Khatulistiwa, seperti kebanyakan kota di Timur Tengah, jumlah waktu puasa hampir sama apa pun musimnya.
Di Khatulistiwa, waktu antara fajar dan senja biasanya selalu berlangsung sekitar 14 jam terlepas dari apakah itu musim panas, musim dingin, musim gugur atau musim semi. Mereka yang berada di belahan bumi selatan atau utara akan mengalami paling banyak perubahan, karena Ramadhan semakin dekat ke musim dingin setiap tahun yang akan datang.
Kota-kota di belahan bumi selatan mengalami hari-hari puasa yang sangat singkat, sedangkan Ramadhan berlangsung selama musim semi dan musim panas. Sedangkan mereka yang tinggal di belahan bumi utara biasanya akan mengalami hari-hari yang jauh lebih lama jika Ramadhan jatuh pada musim semi dan musim panas.
Misalnya, di Glasgow, Skotlandia, puasa berlangsung 17 jam sehari selama musim panas dan hanya sembilan jam sehari di musim dingin. Sedang di Timur Tengah, jam-jam itu kurang lebih konstan karena kedekatannya dengan khatulistiwa.
Mengapa Ramadhan berubah setiap tahun? Umat Muslim mengikuti kalender lunar (Hijriyah), yang berarti Ramadhan dimulai sekitar 10 atau 11 hari lebih awal setiap tahun.
Selain itu, tanggal berubah setiap tahun karena tahun lunar kurang dari tahun masehi sekitar 10 hari. Oleh karena itu, Ramadhan secara bertahap berpindah antarmusim ke musim gugur selama musim panas dan musim dingin.