Militer Myanmar Mengaku Berduka Atas Tewasnya Demonstran

Junta tetap menuduh pengunjuk rasa antirezim telah merusak luas properti yang ada.

EPA-EFE/STRINGER
Puing-puing dibakar di barikade selama protes melawan kudeta militer di Mandalay, Myanmar, 22 Maret 2021. Protes anti-kudeta terus berlanjut meskipun tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan semakin keras terhadap demonstran.
Rep: Fergi Nadira Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Militer Myanmar pada Selasa (23/3) menyatakan kesedihan mendalam atas kematian para pengunjuk rasa damai melawan kudeta. Junta mencatat 164 demonstran tewas selama gelombang protes di seluruh negeri.

Namun, junta tetap menuduh pengunjuk rasa antirezim telah merusak luas properti yang ada. Junta pun menuding bahwa para pengunjuk rasa damai menyulut kerusuhan.

Juru bicara junta, Zaw Min Tun mengatakan, bahwa pihaknya yang kini menguasai pemerintahan turut berduka cita. "Kami merasa kasihan atas kerugian mereka karena juga warga negara kami," ujar dia.

Min Tun mencatat sebanyak sembilan anggota pasukan keamanan tewas. Dia mengatakan, aksi demo yang berujung pada pemogokan dan rumah sakit yang tak beroperasi sepenuhnya menyebabkan banyak kematian, termasuk dari Covid-19. "Mereka tidak bijaksana dan tidak etis," kata dia.

Gelombang protes Myanmar masih berjalan selama hampir enam pekan. Aktivis menyerukan lebih banyak lagi aksi demo menuntut militer menghentikan kudeta dan membebaskan para tahanan politik yang ditahan sejak 1 Februari.

Kelompok pemantau Myanmar, Association for Political Prisoners mencatat setidaknya 261 jiwa gugur dalam aksi protes melawan junta sejak kudeta dilancarkan. Sementara lebih dari 2.000 orang ditahan selama protes.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler