Wamenhan: Komcad Gandakan Kekuatan Utama Pertahanan
Dengan hadirnya komcad, Indonesia dapat memiliki efek gentar yang semakin besar.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Pertahanan, Letjen TNI Muhammad Herindra, menyatakan, komponen cadangan (komcad) akan melipatgandakan kekuatan utama pertahanan Indonesia. Biaya yang dikeluarkan pun tidak seperti membangun angkatan bersenjata yang besar.
"Sebentar lagi kita juga akan membentuk komponen cadangan yang nantinya kekuatan tersebut dapat melipatgandakan kekuatan utama kita," ujar Herindra dalam sambutan pada kegiatan Rembug Nasional Tahun 2021 di Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Rabu (24/3).
Herindra menyampaikan, biaya yang dikeluarkan untuk membangun angkatan bersenjata yang besar akan amat mahal. Dia mengungkapkan, negara sebesar Amerika Serikat pun memiliki komcad yang cukup besar.
Dengan hadirnya komcad, Indonesia dapat memiliki efek gentar yang semakin besar. "Makanya dengan lahirnya UU Nomor 23 tahun 2019 (tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara) nanti akan membuat pertahanan Indonesia lebih kuat lagi. Sehingga kita menjadi negara yang akan ditakuti lawan maupun disegani oleh kawan," kata dia.
Sebelumnya, Juru Bicara Menteri Pertahanan, Dahnil Anzar Simanjuntak, menampik kritik yang menyatakan pembentukan komponen cadangan (komcad) merupakan pemborosan biaya negara. Menurut dia, pembentukan komcad justru merupakan upaya negara dalam melakukan efisiensi terhadap anggaran.
"Justru komcad itu upaya negara, dalam hal ini Kementerian Pertahanan, melakukan penghematan efisiensi terhadap anggaran," ujar Dahnil dalam diskusi yang digelar Universitas Muhammadiyah Malang dan disiarkan secara daring, Jumat (12/3).
Dahnil kemudian membandingkan biaya untuk membentuk satu prajurit tamtama dengan satu orang anggota komcad. Dia menerangkan, dalam membentuk satu prajurit tamtama setidaknya membutuhkan anggaran sekitar Rp 88-100 juta. Setelah menjadi prajurit organik, prajurit tamtama juga diberi gaji dan biaya lain-lainnya.
Sementara itu, untuk mendidik satu anggota komcad hanya membutuhkan anggaran kurang lebih sebesar Rp 30 juta. Lalu, negara juga tidak memiliki kewajiban untuk memberi gaji anggota komcad ketika mereka sudah selesai menjalani pendidikan dan kembali ke profesi mereka semula.
"Tapi negara punya komcad yang sudah terlatih dan siap bertugas kapan pun ketika dipanggil. Jadi kalau dibilang apakah ini militerisasi? Justru tidak karena negara tidak menambah tentara organik. Negara hanya mempersiapkan tentara yang akan bekerja ketika kita di bawah ancaman perang," jelas dia.
Dia kemudian menengok kondisi di Amerika Serikat (AS). Menurut dia, tentara organik di negeri Paman Sam lebih sedikit ketimbang prajurit yang semacam komcad di sana. Menurut dia, itu terjadi juga masih dalam rangka melakukan efisiensi. Dia juga menyebut itu pun dilakukan oleh Singapura, yang jumlah komcadnya lebih banyak ketimbang tentara organiknya.
"Kenapa? Kalau kita hire, kita rekrut tentara banyak potensinya malah. Militerisasi itu akan terjadi di satu sisi. Di sisi lain, cost negara terlalu besar," kata Dahnil.