Jepang: Peluncuran Rudal Korea Utara Ancam Perdamaian
Pemerintah Jepang mengatakan rudal Korut terbang sekitar 450 kilometer
REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengatakan Korea Utara (Korut) meluncurkan rudal balistik ke dekat Laut Jepang. Hal itu menambah ketegangan sebelum Olimpiade Tokyo dan tekanan pada pemerintah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Resolusi Dewan Keamanan PBB melarang Korut meluncurkan rudal balistik. Peluncuran rudal yang dilaporkan Jepang mencerminkan tantangan yang dihadapi pemerintah Biden dalam mengajak Pyongyang berdialog yang hingga saat ini masih ditolak.
Pemerintah Jepang mengatakan rudal itu terbang sekitar 450 kilometer dan mendarat di luar zona ekonomi eksklusif Jepang.
"Peluncur pertama kurang dari satu tahun merupakan ancaman terhadap perdamaian dan stabilitas di Jepang dan kawasan dan melanggar resolusi PBB," kata Suga seperti disiarkan NHK, Kamis (25/3).
Jepang akan menjadi tuan rumah Olimpiade yang tertunda dan terdampak pandemi virus corona dalam empat bulan lagi. Suga mengatakan ia akan memastikan keamanan dan keselamatan Olimpiade dan 'membahas secara menyeluruh' isu Korut termasuk peluncuran rudal dengan Biden dalam kunjungannya ke Washington bulan depan.
Sebelumnya, Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan (Korsel) melaporkan dua 'proyektil tak teridentifikasi' ditembakan ke perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang. Proyektil itu ditembakan dari pinggir pantai sebelah timur Provinsi Hamgyong, Korut.
Dalam pernyataannya JCS mengatakan Korsel dan badan intelijen AS sedang menganalisa data peluncuran tersebut. Kantor Kepresidenan Korsel akan menggelar rapat mendadak dengan Dewan Keamanan Nasional untuk membahas peluncuran tersebut.
Pejabat pemerintah AS mengkonfirmasi Korut meluncurkan proyektil baru. Tapi, tidak mengungkapkan berapa dan jenis rudal yang diluncurkan.