Agar Maksimal, Lakukan Analisa Ini Saat Transaksi Saham
Saat ini, tidak sedikit investor pemula hanya mengikuti tren saja saat membeli saham.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berselancar di pasar saham kini menjadi salah satu aktivitas yang paling diminati masyarakat di masa pandemi. Bermodalkan gawai dan jaringan internet, investor sudah bisa melakukan trading atau jual beli saham sambil rebahan dari rumah.
Meski terkesan sederhana, menentukan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual saham bagi investor pemula mungkin bukan perkara yang mudah. Alih-alih beruntung, investor bisa jadi buntung jika tidak melakukan perhitungan secara jeli.
Untuk mendapatkan keuntungan atau profit yang maksimal, analis teknikal Mandiri Sekuritas, Hadiyansyah menyarankan investor agar melakukan sejumlah analisa, baik secara fundamental maupun teknikal. Lalu apa bedanya kedua jenis analisa tersebut?
Analisa fundamental merupakan metode analisis perusahaan yang didasarkan pada faktor fundamental ekonomi perusahaan termasuk sisi kinerja keuangan dan bisnis. Sedangkan analisis teknikal yaitu metode analisa yang didasarkan pada historis pergerakan harga saham di masa lampau.
Menurut Hadi, kedua analisa ini sifatnya saling mengisi dan searah sejalan. Investor sebaiknya tidak memilih salah satu melainkan mengombinasi kedua analisa tersebut. Cara ini dinilai lebih efektif untuk mencetak keuntungan.
"Ketika saham bagus karena valuasinya kadang makin ke bawah sulit di-tracking dengan fundamental, biasanya teknikal bisa menjawab itu semua. Jika hanya mengandalkan analisa teknikal, akan sulit untuk mengamati saham-saham gorengan," kata Hadi, Kamis (25/3).
Hadi menyarankan investor untuk melakukan analisa fundamental terlebih dulu ketika hendak memilih saham. Sedangkan untuk menentukan waktu yang tepat untuk jual atau pun beli, Hadi menyarankan investor menggunakan analisa teknikal.
Berdasarkan survei, menurut Hadi, kombinasi analisa ini sudah umum dilakukan oleh investor ritel atau pun perusahaan pengelola investasi di Amerika. Cara menganalisa seperti ini menunjukkan bahwa industri pasar modal sudah sangat maju dan kuat.
"Kalaupun hasil analisanya berlawanan, saya cenderung memilih teknikal dengan memanfaatkan momentum," tambah Hadi.
Oleh sebab itu, menurut Hadi, investor sebaiknya mempelajari kedua analisa tersebut sebelum terjun lebih jauh ke investasi saham. Hadi melihat, tidak sedikit investor pemula hanya mengikuti tren saja saat membeli saham. Ini justru bisa menyebabkan kerugian bagi investor.
"Masih banyak investor pemula yang mengira membeli saham itu akan selalu mendapatkan untung, padahal membeli saham juga ada risiko kerugian. Jadi kita tidak bisa memakai naked method atau cuma mengikuti arus saja," tutur Hadi.
Untuk pemula, Hadi menyarankan sebaiknya memulai investasi dengan memilih saham yang memiliki likuiditas tinggi serta kapitalisasi pasar besar seperti yang terdapat dalam daftar indeks LQ45. Kalaupun mengalami penurunan, saham tersebut biasanya akan naik kembali.
"Pemula juga tetap harus melihat trennya. Tren besar IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) seperti apa, kalau lagi bearish tunggu dulu ketika bullish baru masuk," tutup Hadi.