Ratusan Ribu Pengungsi Takut Kembali ke Kamp Yarmouk

Yarmouk rumah bagi banyak orang Palestina dan simbol perlawanan di Suriah.

bbc
Ratusan Ribu Pengungsi Takut Kembali ke Kamp Yarmouk. Suasana di Kota Yarmouk
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, YARMOUK -- Setelah bertahun-tahun mengungsi dan berpindah tempat, Um Ahmad (74 tahun) akhirnya mengunjungi rumahnya di kamp Yarmouk dekat Damaskus, Suriah. Namun yang dia lihat hanya reruntuhan sejauh mata memandang. 

Baca Juga


"Itu benar-benar hancur. Rumah saya, lingkungan saya, mereka tidak bisa dikenali. Bahkan kabel di dalam dinding rumah saya telah robek," katanya saat dihubungi lewat telepon dilansir dari Aljazirah, Selasa (30/3).

Um Ahmad termasuk di antara 160 ribu warga Suriah asal Palestina yang terpaksa meninggalkan Yarmouk karena bentrokan antara pasukan pemerintah Suriah, kubu perlawanan dan kelompok bersenjata ISIS.

Um Ahmad melihat kejadian terusirnya dirinya sebagai pembuangan kedua. Hal ini karena pada 1948, keluarganya termasuk di antara ratusan ribu orang yang diusir dari rumah mereka di Palestina oleh Israel. Ini menyebabkan eksodus warga Palestina ke negara-negara tetangga dan menjadikan mereka pengungsi.

Um terpaksa mengungsi dari kamp mereka di Deraa menuju Lebanon. Meskipun mereka merindukan rumah, lingkungan, dan teman-teman mereka yang ada di Suriah, mereka mengatakan tidak aman bagi mereka untuk kembali.

"Sebelum meninggalkan Suriah, kami telah melihat perlakuan intelijen. Mereka harus disalahkan atas semua kesulitan yang dialami warga Suriah Palestina hari ini di Suriah," ujarnya. 

 

"Kami takut kembali ke Suriah karena banyak anggota keluarga dan kerabat kami ditahan oleh tentara Suriah atau pasukan keamanan," tambahnya. 

Ribuan warga Palestina ditahan dan disiksa di sistem penjara yang terkenal di negara itu bersama dengan lebih banyak warga Suriah.  Sepuluh tahun setelah pemberontakan Suriah dimulai, mereka juga takut akan penganiayaan saat kembali. Tetapi bagi mereka, trauma menjadi tunawisma mungkin lebih dalam daripada orang-orang Suriah sezaman mereka.

"Saya tidak bisa kembali ke Yarmouk dalam hidup ini. Aku akan mati tunawisma," keluhnya. 

Yarmouk menjadi rumah bagi banyak orang Palestina dan simbol perlawanan Palestina terhadap Israel di luar wilayah pendudukan. Daerah ini dulunya merupakan kamp yang hidup, namun sekarang justru menjadi lingkungan ketujuh yang paling hancur dalam perang saudara Suriah dan sekarang menjadi gurun beton.  

Menurut informasi dari Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), hanya 604 keluarga pengungsi Palestina yang telah diberi izin oleh pemerintah Suriah untuk kembali pada Januari. Separuh dari mereka telah pindah kembali dan mulai tinggal di kamp.

 

'Merehabilitasi' Yarmouk

Tidak ada sekolah atau rumah sakit yang berfungsi, bahkan fasilitas dasar seperti air dan listrik pun langka. UNRWA telah berusaha mati-matian menjalankan hanya satu gedung untuk memenuhi kebutuhan mereka yang telah kembali, tetapi negara-negara donor tidak bersedia menanggung biaya tersebut.

Para donor enggan mendanai rekonstruksi apa pun, bahkan untuk tujuan kemanusiaan, sampai sanksi Barat terhadap pembangunan kembali Suriah dicabut.

“Satu hal yang UNRWA coba lakukan adalah merehabilitasi salah satu bangunan kami di Yarmouk menjadi semacam gedung serbaguna untuk mencoba menanggapi kebutuhan penting warga Palestina yang telah kembali untuk tinggal di reruntuhan,” kata Juru bicara UNRWA, Tamara al-Rifai. 

“Jika kami dapat merehabilitasi satu bangunan, kami akan mencari ruang untuk pusat kesehatan, pusat distribusi, dan bahkan mungkin menyelenggarakan beberapa kelas untuk anak-anak yang telah kembali,” tambahnya.

“Ini murni karena kepentingan kemanusiaan dan sama sekali terpisah dari diskusi politik yang lebih besar tentang rekonstruksi. Posisi kami adalah bahwa UNRWA akan berusaha untuk merehabilitasi bangunan jika komunitas pengungsi Palestina kami telah kembali dan meminta kami untuk memberikan layanan, "tambahnya. 

Banyak aktivis dan analis mengatakan gagasan di balik pengendalian siapa yang diizinkan kembali tampaknya untuk mengamankan sekitar Damaskus. Dengan mengisinya dengan mereka yang dapat diandalkan sepenuhnya oleh pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Beberapa warga Palestina di Yarmouk mengatakan mereka merasa dihukum oleh pemerintah terutama karena Hamas, sebuah gerakan Islam Palestina marena mendukung oposisi dibanding rezim.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler