Bank Makanan Jadi Asa Warga Portugal Bertahan Saat Pandemi
IHRAM.CO.ID, FARO -- Pandemi menghantam kehidupan hampir semua kalangan. Termasuk mereka yang sebelumnya memiliki kehidupan berkecukupan.
Hal itu juga dialami oleh Carla Lacerda. Lacerda adalah satu dari ribuan orang yang hidupnya telah dijungkirbalikkan oleh pandemi.
Pria 40 tahun itu dulu mendapatkan gaji yang bagus dengan menjual barang-barang bebas bea kepada wisatawan yang tiba di bandara Algarve di Portugal selatan.
Dia harus kehilangan pekerjaannya pada Agustus lalu karena pandemi Covid-19. Dia dengan cepat kehabisan uang untuk memberi makan kedua anaknya.
Dia sekarang menerima sekitar 500 euro per bulan sebagai tunjangan pengangguran. Kondisi ini membuatnya tidak punya pilihan selain bergabung dalam antrean untuk mendapatkan sumbangan makanan.
"Saya tidak pernah berpikir saya akan berada dalam situasi ini. Sangat menyedihkan saya telah mencapai titik ini, tetapi saya tidak malu," kata Lacerda sambil menunggu susu, sayuran, dan barang-barang penting lainnya di badan amal Refood di Faro, ibu kota Algarve.
Kehidupan Lacerda kini dibatu oleh bank makanan. Bank makanan Algarve, yang memiliki dua gudang di wilayah tersebut, sekarang membantu 29.000 orang seperti Lacerda.
Jumlah orang yang dibantu mencapai hampir dua kali lipat jumlahnya dari sebelum pandemi. "Ini pertama kalinya sejak bank makanan dimulai di Algarve, jumlahnya mencapai tingkat seperti itu," kata presiden bank makanan di wilayah itu, Nuno Alves.
Alves menyatakan, kemiskinan menyebar ke seluruh kelas menengah. Orang-orang dari sektor pariwisata terkena dampak paling parah.
Banyak bisnis harus ditutup dan beberapa mungkin tidak pernah dibuka kembali. Pada Februari, jumlah orang yang terdaftar sebagai pengangguran di Algarve melonjak 74 persen dari tahun lalu, lebih banyak daripada di wilayah Portugal lainnya.
Selain memanfaatkan bank makanan untuk menolong warga yang terkena dampak pandemi, di wilayah Faro restoran dan supermarket pun ikut turun membantu. Refood Faro mengumpulkan makanan yang tidak diinginkan dari restoran dan supermarket dan mendistribusikannya kepada yang membutuhkan.
Sebanyak 172 keluarga mengantre untuk mendapatkan pasokan setiap minggu. Kondisi ini pun meningkat sekitar 160 persen sejak pandemi dimulai. "Kami membantu seorang arsitek, guru, perawat, pekerja sosial," kata koordinator, Paula Matias.
Wakil presiden organisasi komunitas MAPS, Elsa Cardoso, mengatakan permintaan bantuan terus meningkat dan beberapa orang yang pernah bekerja di bidang pariwisata sekarang menjadi tunawisma. "Setiap hari ada lebih banyak orang yang tidak lagi mampu menghidupi diri mereka sendiri, yang telah digusur,” kata Cardoso menekankan perlu beberapa saat untuk memperbaiki keadaan.