Upaya Menghidupkan Kembali Bioskop dari ''Mati Suri''
Banyak yang masih takut dan khawatir akan penularan Covid-19 di ruangan bioskop.
Oleh : Gita Amanda, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Berbicara soal pandemi Covid-19 yang telah satu tahun lebih melanda Tanah Air, tentu membawa banyak cerita. Berbagai aspek kehidupan tak luput jadi korban keganasan virus Corona ini. Begitu pula halnya dengan industri bioskop di Indonesia yang tak kalah babak belur dihajar pandemi Covid-19.
Pandemi memang membuat semua orang menjadi terbatas ruang geraknya. Aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sempat diterapkan, membuat masyarakat tak bisa lagi bebas kesan kemari. Apalagi di awal pandemi setiap orang diharuskan untuk di rumah saja, agar penyebaran virus dapat dikendalikan.
Seruan di rumah saja otomatis membuat banyak aktivitas di luar rumah terhenti. Salah satunya aktivitas menonton film di bioskop. Berbulan-bulan bioskop-bioskop di seluruh Tanah Air bak mati suri. Tak lagi berpenghuni. Tak lagi ramai didatangi. Di masa-masa awal pandemi bahkan banyak beredar foto-foto bioskop yang kondisinya sangat memprihatinkan karena lama tak dibuka.
Seiring dengan ditutupnya bioskop selama awal pandemi, bisnis layanan film yang dapat diakses melalui platform digital kian tumbuh. Bisnis ini berkembang pesat dengan memanfaatkan rasa bosan masyarakat yang "terkurung" di rumah selama beberapa bulan tanpa bisa mengakses banyak hiburan. Mereka menawarkan kemudahan, menyaksikan film-film kesayangan hanya melalui genggaman atau televisi-televisi pintar. Ini tentu juga jadi pukulan besar bagi industri bioskop, khususnya di Tanah Air.
Jika dulu, industri bioskop terkendala dengan para pelaku pembajakan film secara ilegal, sekarang mereka harus menerima kenyataan berhadapan dengan hadirnya banyak platform digital yang menawarkan layanan menonton film dengan mudah ini. Cukup dengan berlangganan per bulan bahkan per film, dengan biaya sangat terjangkau, para pecinta film bisa lebih mudah mengakses ribuan film kesukaan mereka. Dan yang lebih penting lagi mereka disuguhkan film-film secara resmi alias legal dengan kualitas gambar yang sangat baik.
Jika dulu, untuk menyaksikan film bajakan harus menunggu hingga hadir versi Blue Ray agar bisa menikmati kualitas gambar yang lumayan bagus, kini penikmat film tinggal menantikan film kesayangan mereka hadir di platform digital. Tinggal klik, lalu film-film tersebut sudah bisa disaksikan dari mana saja dan kapan saja.
Sementara di tengah gempuran berbagai platform digital tersebut, bioskop-bioskop di Tanah Air mulai perlahan bangkit. Akhir 2020 lalu, pemerintah mulai melonggarkan kebijakan pembatasan sosial dengan mengizinkan bioskop kembali di buka. Hanya saja ada sejumlah aturan yang harus ditaati para pelaku industri bioskop.
Pertama dan yang paling utama adalah soal kapasitas keterisian kursi bioskop. Pemerintah terus mengeluarkan pembaruan aturan, mulai dari 25 persen hingga 50 persen tingkat keterisian penonton. Aturan-aturan lain seperti jarak duduk, larangan makan dan minum di dalam bioskop hingga memakai masker selama film berlangsung juga digelontorkan pemerintah.
Namun meski sudah dibolehkan kembali dibuka, pada kenyataannya tak semudah itu menarik kembali masyarakat menonton di bioskop. Dari beberapa bioskop yang sudah kembali buka, hanya 10-15 persen penonton yang berani kembali menonton di bioskop. Banyak yang masih takut dan khawatir akan penularan Covid-19 di ruangan bioskop, ada juga yang kadung merasa sudah tak perlu ke bioskop karena mengakses film sudah lebih mudah saat ini dari rumah.
Tak hanya pelaku industri bioskop, sejumlah sineas Tanah Air pun tak tinggal diam. Mereka berupaya juga mendorong bioskop kembali bangkit. Berbagai kampanye yang mengajak masyarakat untuk tak takut kembali ke bioskop mereka lakukan. Film-film yang sebelumnya ditunda penayangannya karena pandemi Covid-19, mulai ditayangkan di bioskop.
Baik sineas maupun pelaku industri bioskop tentu sangat berharap, bioskop di Indonesia bisa kembali menemukan kejayaannya. Sebab tak dipungkiri, pendapatan yang diraih produksi film dari penjualan tiket bioskop sangat signifikan. Bahkan Produser Mira Lesmana menyatakan, hampir 90 persen pendapatan perfilman diraih dari penjualan tiket bioskop. Meski kini para sineas bisa menjual hak penyiaran film mereka ke layanan platform digital, tetap tak bisa mengimbangi pendapatan yang diraih dari penjualan tiket bioskop.
Saat ini pelaku industri perfilman maupun bioskop Tanah Air pun nampaknya menaruh harapan besar pada program vaksinasi yang sedang digencarkan pemerintah. Mereka berharap, vaksinasi Covid-19 bisa mempercepat tercapainya kekebalan global. Hasil akhirnya tentu agar masyarakat bisa kembali menjalankan aktivitas ''normal'' mereka seperti sebelum pandemi. Tentunya dengan harapan masyarakat bisa kembali mendatangi bioskop-bioskop tanpa rasa khawatir.