Rufaydah al Aslamiyah, Perawat Pertama dalam Sejarah Islam

Kontribusinya begitu besar dan terbantahkan di masa-masa awal Islam.

Google.com
Rufaydah al Aslamiyah menjadi perawat pertama dalam sejarah Islam. Kontribusinya begitu besar dan terbantahkan di masa-masa awal Islam. (ilustrasi)
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Muslimah ini mengabdikan seluruh hidupnya untuk menyembuhkan orang sakit dan merawat yang terluka. Dia diyakini pencetus pendirian Pusat Kesehatan Islam di Madinah.

Baca Juga


Lewat penyebaran Islam pada abad ketujuh, para dokter Muslim, perawat dan petugas kesehatan kian berkembang. Di masa Nabi Muhammad SAW, pusat perawatan Islam pertama didirikan.

Dilansir dari laman TRT World pada Kamis (15/4), Adalah Rufaydah al Aslamiyah yang menjadi perawat pertama dalam sejarah Islam. Kontribusinya begitu besar dan terbantahkan di masa-masa awal Islam. Setidaknya 1.200 tahun sebelum Florence Nightingale memperkenalkan perawatan modern kepada dunia.

Rufaydah juga termasuk orang pertama di Madinah yang menerima Islam. Dia termasuk di antara kelompok perempuan yang menunjukkan cinta dan hormat kepada Nabi Muhammad serta menyambut kedatangannya di Madinah.

Sebelumnya pada 620 M, Rufaydah lahir dalam suku Bani Aslam dari konfederasi suku Khazraj di Madinah. Ayahnya Saad al Aslami adalah seorang dokter. Kemudian ayahnya membimbingnya, dan dia menjadi tabib terkemuka.

 

 

Di masa perang, Rufaydah, bersama perawat, pergi ke medan perang untuk merawat yang terluka. Dia berpartisipasi dalam pertempuran Badar, Uhud, Khandaq, Khaibar, dan lainnya.

Dia adalah perawat pertama dalam sejarah Islam yang mendirikan tenda di luar masjid Nabi. Tempat yang secara eksklusif dimaksudkan untuk merawat orang yang menderita luka dan penyakit akibat perang.

Rufaydah juga terlibat dalam pekerjaan sosial. Dia membantu menyelesaikan berbagai masalah sosial yang datang dengan berbagai penyakit. Dia juga memainkan peran utama dalam melatih wanita lain di bidang keperawatan.

Sesuai beberapa laporan, Nabi Muhammad dahulu pernah memerintahkan agar korban dibawa ke tenda Rufaydah agar bisa ditangani dengan keahlian medisnya. Dia terutama berfokus pada kebersihan, dan memulihkan kembali pasien yang sakit dan terluka. Kemudian melangkah lebih jauh ke prosedur medis yang lebih invasif.

Nabi menghargai perannya dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Madinah dengan memberikannya sebagian dari rampasan perang. Gajinya setara dengan semua prajurit yang berpartisipasi dalam pertempuran.

 

Ketika perang berakhir dan perdamaian datang ke wilayah tersebut, Rufaydah memusatkan perhatian pada pekerjaan kemanusiaan. Selain itu juga membantu orang yang membutuhkan, dan merawat orang miskin serta yatim piatu.

Sebuah gedung di perguruan tinggi keperawatan terkenal di Universitas Aga Khan di Pakistan dinamai menurut namanya. Ada juga hadiah tahunan Rufaida al Aslamiyah untuk keperawatan yang dianugerahkan di Universitas Bahrain.

Adapun saat ini sudah hampir satu setengah tahun semenjak pandemi dimulai. Untuk mengatasinya, petugas kesehatan di setiap sudut dunia telah menjadi pejuang garis depan. Di samping itu, ribuan dari mereka tertular virus saat menjalankan tugas, dan banyak yang meninggal karena penyakit tersebut. 

Dalam krisis global ini, rumah sakit terus kewalahan dengan beban pasien Covid-19. Dengan banyak negara seperti India dan Brasil saat ini terguncang oleh gelombang ketiga virus, peran rumah sakit kembali menjadi fokus.

Perihal sejarah rumah sakit, orang Yunani dikreditkan sebagai pencetus pengobatan, namun mereka tidak memiliki rumah sakit. Dahulu para dokter merawat pasien di rumah, sebuah praktik yang berlanjut selama ratusan tahun sampai bangunan terpisah untuk orang sakit dan kurang sehat dibangun.

Kata rumah sakit pertama kali diberikan oleh orang Romawi dan berasal dari kata Latin "hospes" untuk tuan rumah atau "hospitium" yang berarti tempat untuk menghibur. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler