Belajar Sholat Hati Landisa Gemetar

Pada 2017, Landisa memutuskan untuk mencoba berpuasa selama Ramadhan

Onislam.net
Mualaf
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Landisa, berkisah tentang kepindahan agamanya dari Kristen ke Islam. Dia tumbuh sebagai seorang Kristen di lingkungan yang taat. Landisa rutin membaca Alkitab dan ikut serta dalam pertemuan doa. Ia bahkan pernah memaksa orang tua untuk membawanya ke gereja setiap hari Ahad.

Baca Juga


Kemudian, ketika Landisa mulai kuliah, sebagian dari dirinya berhenti tumbuh. Dia tidak lagi merasa membutuhkan Tuhan dalam hidupnya sehingga berhenti membaca Alkitab dan berhenti pergi ke gereja. Beberapa tahun kemudian, di usia 23 tahun, dia menikah di gereja.

"Pernikahanku hancur setelah enam tahun karena aku tidak bisa lagi membantu mantan suamiku melawan setan yang merasukinya. Aku hancur, dan menyalahkan Tuhan atas apa yang telah terjadi," katanya, dilansir dari News 24, Jumat (16/4).

Beberapa tahun setelah bercerai, Landisa berteman dengan seorang Muslim dan saat itulah ia mengenal Islam. Namun ia tidak pernah berpikir untuk memilih agama Islam dan tetap bersikukuh bahwa Tuhan tidak akan berperan dalam hidupnya.

 

"Tetapi 3 tahun lalu, aku menemukan artikel yang diposting seorang teman di Facebook, yang di dalamnya menggambarkan bagaimana seorang pria Yahudi masuk Islam setelah menemukan sebuah masjid di Kanada yang sebagian besar dihadiri oleh para sufi," tuturnya.

Dalam artikel itu, Sufisme atau Tasawwuf dianggap sebagai bentuk mistik Islam. Mereka yang mempraktikkannya mengikuti lima rukun Islam tetapi juga bermeditasi. Ada berbagai tatanan tasawuf dan tidak ada karakteristik khusus yang dapat dipatok pada semua sufi. Tetapi para sufi telah menjadi sasaran di beberapa sektor dan dianggap sebagai bid'ah.

 "Setelah membaca artikel tersebut, aku segera mulai mencari tasawuf di Afrika Selatan karena itu adalah sesuatu yang pernah kubaca sebelumnya dan membuatku penasaran, terutama karena aku menikmati meditasi. Setelah melakukan beberapa penelitian, aku temukan alamat email dan mengirimkan pertanyaan," jelasnya.

Beberapa hari kemudian pada hari Jumat pagi yang sangat sibuk, Landisa menerima telepon dari Faisal, menanyakan apakah ingin datang berkunjung. "Aku khawatir tetapi kupikir aku harus pergi dan melihat apa yang dia katakan. Dan Faisal ternyata tidak setua yang saya harapkan. Dia juga tidak berlatih berputar-putar terkait dengan para darwis sufi," terangnya.

"Kami mengobrol sebentar. Putrinya Nazreen bergabung dengan kami. Faisal bertanya mengapa aku ada di sini. Jawabanku tidak cukup dan aku tidak bisa menjelaskan," ujarnya.

 

 

Faisal dan keluarganya fokus pada meditasi menggunakan cara Naqsyabandi yang mengidentifikasi beberapa latifah. Landisa pun melakukan meditasi dengan fokus pada Qalb (hati) latif. Setelah itu dia merasa lebih ringan tetapi masih tidak yakin mengapa aku di sini. Setidaknya, aku merasa apapun yang terjadi, aku bisa belajar tentang Islam di tempat yang aman," katanya.

"Aku terus berlatih meditasi. Terkadang menangis melaluinya, yang tidak pernah kuduga sebelumnya. Aku terus melihat Nazreen dan ayahnya, meski aku sendiri belum dapat memberi jawaban yang tepat tentang apa yang aku inginkan," ucapnya.

Pada 2017, Landisa memutuskan untuk mencoba berpuasa selama Ramadhan untuk melihat apakah itu akan menjadi lebih jelas dan apakah ini jalan bagi dirinya. Pada akhirnya, dia masih belum memiliki jawaban yang pasti, tetapi daya tariknya sudah ada. Ia membaca lebih banyak tentang Islam dan Nabi Muhammad SAW.

Ramadhan berikutnya datang dan Landisa berpuasa lagi. Namun dia masih tidak yakin. "Setiap kali Nazreen melihatku, dia akan bertanya apakah aku telah memutuskan dan aku tidak akan dapat memberinya jawaban yang positif," katanya. 

Landisa melanjutkan meditasi dan dia sadar harus memutuskan berhenti atau lanjut. "Meditasi yang kuat beberapa malam sebelum Ramadhan pada 2019 membuatku menyadari bahwa Allah itu nyata. Ini bukan untuk mengatakan bahwa meditasi sebelumnya tidak memiliki dampak apa pun tetapi selama waktu itu aku terus membiarkan sedikit keraguan," tuturnya.

 

 

Landisa betul-betul merasakan sesuatu yang dalam ketika saudara perempuan teman Muslimnya, memberi arahan tentang bagaimana shalat. Shalat yang dilakukannya memang banyak yang salah, tetapi ia gemetar beberapa kali. "Setiap kali aku melakukan shalat, aku mengalami sensasi yang sama pula," katanya.

"Saya akan shalat dan membaca Alquran dan pesan yang datang adalah sama: Allah telah mengutus utusan sebelumnya dan mereka yang gagal mendengarkan, telah melakukannya dengan risiko mereka sendiri," tuturnya.

Landisa berkunjung ke rumah Faisal pada 18 Mei 2019, dan tidak menyangka akan mengatakan "Ya, saya siap." Landisa dengan gugup mengucapkan syahadat (akidah Islam).

"Saya yakin saya mengacaukan kata-katanya, tetapi niat saya ada di sana. Kemudian ayah Nazreen mengatakan bahwa wajah saya dipenuhi cahaya saat saya mengucapkan kata-kata: La ilaha illallah Muhammadur rasulullah," paparnya.

Landisa terus berusaha menjadi Muslim yang taat. Baginya ini adalah proses. Orang yang baru memeluk Islam tidak belajar Islam dalam sehari. "Secara teknis aku sudah menjalani perjalanan ini sejak 2016, akhirnya hatiku merasa senang karena telah berkomitmen pada Islam. Aku sudah pulang," ungkapnya. 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler