Studi: Protein Parkin Bantu Pengobatan 3 Penyakit Berbahaya

Studi temukan pemahaman jalur biokimia yang meliputi protein parkin.

Rawpixel
Studi terbaru berhasil mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai jalur biokimia yang meliputi protein parkin.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi terbaru berhasil mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai jalur biokimia yang meliputi protein parkin. Temuan ini dapat membantu peneliti untuk mengembangkan terapi baru bagi tiga jenis penyakit.

Ketiga jenis penyakit yang dimaksud adalah penyakit Parkinson, diabetes tipe 2, dan kanker. Ketiga jenis penyakit ini terjadi ketika Parkin tidak berfungsi dengan baik.

Protein Parkin memiliki peran utama dalam membuang mitokondria yang rusak di dalam tubuh. Kerusakan mitokondria ini dapat disebabkan oleh stres seluler.
Mitokondria yang rusak atau disfungsional cenderung menumpuk di dalam sel dan tubuh perlu membersihkan itu melalui proses bernama mitofagi.

Mitofagi adalah merupakan jenis autofagi selektif yang menarget mitokondria. Autofagi itu sendiri merupakan mekanisme alami sel dalam menghilangkan komponen-komponennya yang tak lagi diperlukan atau berfungsi.

Sebelumya, peneliti kerap bertanya-tanya mengapa Parkin bisa memberikan respon terhadap stres seluler dengan cepat. Akan tetapi, studi terbaru dalam jurnal Science Adcances berhasil memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai jalur kimia yang memberikan sinyal kepada Parkin untuk membersihkan mitokondria yang rusak.

Dalam studi ini, berupaya mencari tahu protein yang mengaktivasi respons AMP activated protein kinase (AMPK). AMPK merupakan salah satu regulator autofagi utama.

Tim peneliti juga menyoroti enzim ULK1 yang dipicu oleh AMPK. Enzim ULK1 berperan penting dalam mekanisme autofagi pada sel-sel mamalia.

Peneliti lalu menemukan bahwa Parkin merupakan kandidat utama dalam proses pengaktivasian respons enzim ULK1. Temuan ini dinilai mengejutkan karena jalur biokimia umumnya sangat rumit dan bisa melibatkan hingga 50 protein berbeda. Dengan menggunakan massa spektrometri, peneliti berhasil menemukan bagaimana ULK1 berinteraksi dengan Parkin.

"Rantai inilai, dari AMPK ke ULK1 hingga ke Parkin, yang menjelaskan kecepatan reaksi Parkin terhadap stres seluler," ungkap tim peneliti, seperti dilansir Medical News Today, Senin (19/4).

Berhasil terkuaknya hubungan antara Parkin dan AMPK ini dinilai dapat membantu pengembangan terapi baru bagi beragam penyakit. Sebagian di antaranya adalah penyakit neurodegeneratif seperti penyakit Parkinson, diabetes tipe 2, dan kanker. Alasannya, metabolisme dan perubahan pada kesehatan mitokondria di dalam tubuh berperan penting dalam ketiga jenis penyakit tersebut.

"Temuan kami menyatakan bahwa obat diabetes yang mengaktivasi AMPK, yang sebelumnya diketahui dapat menekan kanker, juga dapat memabntu mengembalikan fungsi pada pasien dengan penyakit neurodegeneratif," ungkap salah satu peneliti dan direktur Salk Cancer Center Prof Reuben Shaw.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler