Meski Menentang Ide ESL, Klopp tak akan Tinggalkan Liverpool

Klopp menyebut, rasanya tak adil bila timnya menjadi bulan-bulanan akibat ide ESL.

antara/reuters
Pelatih Liverpool Juergen Klopp di depan salah seorang pemain Leeds United yang mengenakan kaus protes anti Liga Super Eropa saat pemanasan jelang sepak mula lanjutan Liga Inggris di Stadion Elland Road, Leeds, Inggris, Senin (19/4/2021) waktu setempat.
Rep: Reja Irfa Widodo Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, LIVERPOOL -- Liverpool menjadi salah satu dari 12 klub top Eropa yang menginisiasi pembentukan kompetisi Liga Super Eropa (ESL). Meski menolak ide penyelenggaran kompetisi tandingan Liga Champions tersebut, pelatih Liverpool, Juergen Klopp, menegaskan tidak akan meninggalkan the Reds akibat isu tersebut.

Berbicara pasca-timnya ditahan imbang Leeds United, 1-1, di lanjutan Liga Primer Inggris, Klopp membantah kabar yang menyebut dirinya akan meninggalkan Liverpool akibat langkah pemilik Liverpool, Fenway Sports Group (FSG), untuk ikut terlibat dalam pembentukan Liga Super Eropa. Pelatih asal Jerman itu seolah justru merasa tertantang dengan situasi baru yang dihadapinya di Liverpool.

''Saya mendengar, saya akan mundur (sebagai pelatih Liverpool). Jika kondisi dan situasinya semakin sulit, maka justru membuat saya semakin bersikeras untuk tetap bertahan di klub ini,'' ujar Klopp seperti dilansir BBC, Selasa (20/5).

Mantan pelatih Borussia Dortmund itu pun menegaskan tidak tahu menahu soal keterlibatan Liverpool dalam proses pembentukan ESL. Keputusan itu, lanjut Klopp, diambil oleh pihak pemilik klub tanpa pernah berkonsultasi dengan tim pelatih dan para pemain.

Seperti halnya publik dan masyarakat luas, Klopp mengaku baru mengetahui keterlibatan Liverpool tersebut dalam berbagai berita pada awal pekan ini. Karena itu, Klopp menyebut, rasanya tidak adil apabila timnya menjadi bulan-bulanan akibat keputusan yang tidak diketahuinya dan para penggawa the Reds.

Saat datang ke markas Leeds United, Stadion Elland Road, skuad Liverpool memang disambut oleh sejumlah suporter the Whites, yang membakar jersey the Reds. Hal ini merupakan bentuk protes terhadap Liverpool sebagai salah satu klub pendiri ESL.

''Kami tidak terlibat sama sekali dalam keputusan itu. Seseorang membuat keputusan dengan pemilik klub, yang sama sekali tidak kami ketahui. Mereka menyangka, kami juga terlibat dalam keputusan itu. Secara pribadi, saya juga tidak setuju dengan adanya ESL,'' ujar pelatih berusia 53 tahun tersebut.

Klopp pun menegaskan, tidak akan mengubah pendapatnya soal kehadiran ESL di pentas sepak bola Eropa. ''Saya tidak akan mengubah pendapat saya. Saya bisa memahami kekecewaan dan kemarahan orang terhadap rencana tersebut. Namun, saya belum bisa berbicara banyak dan lebih jauh, karena kami sama sekali tidak terlibat dalam pengambilan keputusan itu,'' kata Klopp.

Sebelumnya, pada 2019 silam, Klopp memang pernah mengungkapkan pendapatnya soal kemungkinan adanya kompetisi baru yang mempertemukan klub-klub besar Eropa, sebagai pengganti Liga Champions. Pada saat itu, Klopp menyebut, tidak pernah berharap adanya kompetisi lain untuk menggantikan Liga Champions, apapun bentuknya.

Menurut Klopp, Liga Champions sudah layak menjadi liga super dan berada di kasta tertinggi kompetisi antarklub Eropa. ''Buat saya, Liga Champions sudah menjadi liga super, di mana Anda tidak harus menghadapi tim yang sama dalam jangka waktu tertentu. Mungkin dari segi bisnis cukup penting, tapi siapa pula yang mau melihat Liverpool vs Real Madrid setiap tahun,'' kata Klopp pada saat itu.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler