Cara Muslim Brasil Rayakan Ramadhan Meski Covid-19 Tinggi
Muslim Brasil juga mengalami pembatasan beribadah di masjid.
REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Brasil adalah negara terluas kelima di dunia dan memiliki populasi sekitar 1,5 juta Muslim yang berpuasa selama bulan suci Ramadhan setiap tahun. Pembatasan ritual ibadah masih berlaku guna mengatasi penyebaran virus corona.
Seperti di tempat lain, menjelang buka puasa, makanan biasanya dibagikan ke keluarga atau teman. Namun, karena lockdown, pemerintah membatasi kerumunan.
Tahun ini merupakan Ramadhan kedua pandemi Covid-19 dan pemerintah telah memperingatkan umat Muslim agar tidak berkumpul di masjid atau berbagi momen berbuka puasa di luar rumah. Brasil berada dalam krisis kesehatan dan sosial dengan jumlah kematian tertinggi kedua di dunia akibat Covid-19 lebih dari 408 ribu orang.
Rumah sakit dan layanan kesehatannya hampir runtuh. Ketika pandemi melanda Brasil, banyak orang kehilangan pekerjaan.
Pengangguran mencapai rekor tertinggi 14,6 persen. Sementara itu, rumah sakit penuh sesak dan antrean makanan bertambah panjang. Komunitas Muslim di Brasil bagaimanapun selalu berusaha keras untuk menghadapi Covid-19, terlebih selama Ramadhan.
Presiden Cinco Pilares Institution (ICP) untuk Bantuan Kemanusiaan, Jihad Hammadeh mengatakan selama bulan Ramadhan, mereka sibuk dengan pekerjaan amal. “Lembaga kami mengambil tanggung jawab untuk mendistribusikan makanan, uang, dan bahan pembersih kepada keluarga yang membutuhkan. Di bulan Ramadhan, lebih dari 2.000 keranjang makanan telah didistribusikan dan makanan tersedia untuk buka puasa di sejumlah lokasi di seluruh negeri,” kata Hammadeh, dilansir MEMO, Kamis (6/5).
Masjid tidak bisa mengizinkan jamaah masuk seperti biasa. Sholat dilakukan dengan jarak termasuk sholat tarawih. Adanya pembatasan ini berarti tenda Ramadhan yang biasa menyajikan makanan buka puasa dan sahur tidak diizinkan beroperasi. Oleh karena itu, Hammadeh mengatakan keputusan mendistribusikan makanan adalah tepat.
“Paket makanan didistribusikan sambil mengambil menerapkan prosedur kesehatan untuk melindungi penerima dan relawan,” ujar dia. ICP tidak hanya memberikan bantuan bagi sesama Muslim, tapi non-Muslim yang membutuhkan.
Ramadhan tidak hanya soal puasa. Jika waktu normal, ceramah dan acara spiritual lain biasanya diadakan. Menurut Hammadeh, ada cara lain, yakni tetap berhubungan melalui daring agar umat tidak ketinggalan aspek penting dari bulan suci ini.
“Kami tetap berhubungan dengan orang-orang yang kami cintai melalui media sosial, aplikasi, dan telepon. Mereka yang tidak dapat mengambil bagian dalam sesi Zoom langsung kami dapat menyusul nanti di saluran Youtube kami sehingga mereka tidak merasa terputus dari komunitas,” ucap dia.
Terlepas dari pembatasan yang diberlakukan karena pandemi virus korona, umat Islam di Brasil melakukan segala upaya untuk menjaga suasana Ramadhan dengan cara yang berbeda dari biasanya. Anggota masyarakat yang membutuhkan dan tetangga non-Muslim dibantu dengan makanan dan kebutuhan lainnya oleh ICP dan organisasi lain dalam upaya untuk mengatasi krisis di tengah pandemi.
Bantuan sosial ini bagi Hammadeh dan tim Cinco Pilares Institution for Humanitarian Aid tetap terus berlanjut walaupun Ramadhan berakhir. Dukungan diberikan kepada mereka yang membutuhkannya pada Idul Fitri di akhir Ramadhan serta sepanjang tahun.
“Kami sedang mempersiapkan bingkisan lebaran untuk keluarga dan anak-anak. Kami berusaha keras untuk membawa kebahagiaan di hati Muslim dan non-Muslim,” kata dia.