Jelang Idul Fitri, Haedar Ajak Umat Bangun Empati

Idul Fitri harus tetap dijalani sebagai satu rangkaian puasa Ramadhan.

Antara/Galih Pradipta
Jelang Idul Fitri, Haedar Ajak Umat Bangun Empati. Suasana pusat perbelanjaan Thamrin City di Jakarta, Senin (3/5/2021). Warga mulai mendatangi mal atau pusat perbelanjaan untuk berbelanja menyambut Idul Fitri 1422 Hijriah.
Rep: Wahyu Suryana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menjelang Idul Fitri, pengunjung membeludak di pusat-pusat perbelanjaan. Saat normal, pemandangan massal seperti itu lumrah dan menjadi ciri khas masyarakat jelang hari raya, termasuk ketika menjelang Natal dan Tahun Baru. 

Baca Juga


Namun, menjadi tidak normal dan mengkhawatirkan karena saat ini pandemi Covid-19 belum reda. Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengajak seluruh lapisan masyarakat berempati dan peduli kepada saudara sebangsa yang terpapar Covid. Apalagi, bagi mereka yang kehilangan orang-orang tercintanya.

"Demikian pula beban dokter, tenaga kesehatan, sukarelawan dan pengelola RS yang bertugas ekstra keras di garda depan sekaligus benteng terakhir melawan pandemi dahsyat ini. Pernahkah terpikir, betapa kita tidak terasa sudah kehilangan orang-orang terdekat karena menghadap Tuhan akibat wabah ini," kata Haedar, Kamis (6/5).

Ia juga mengingatkan umat Islam pentingnya menunjukkan suri teladan atau uswah hasanah. Puasa Ramadhan bagi tiap Muslim dapat dijadikan jalan rohani pengendalian diri, antara lain tetap waspada wabah dengan tetap mengikuti protokol kesehatan.

Haedar menekankan, menyongsong Idul Fitri boleh dijalani dengan kegembiraan, tapi jangan berlebihan dengan belanja dan lain-lain yang melampaui kemestian apalagi berkerumun. Idul Fitri harus tetap dijalani sebagai satu rangkaian puasa Ramadhan.

"Lebih-lebih situasi pandemi belum reda. Kedepankan kesahajaan, jauhi berlebihan karena Allah tidak menyukai hamba yang lampaui batas (Al-Maidah: 87). Ingat, banyak saudara kita kekurangan dan terdampak pandemi. Insan beriman mesti menunjukkan sikap empati, simpati dan peduli sebagai wujud ihsan dan kesalehan," ujar Haedar.

 

Kegiatan ibadah yang libatkan kerumunan sebaiknya dihindari dan ditempuh cara yang dibolehkan syariat Islam ketika darurat. Jangan merasa aman dan terbebas pandemi. Kaum Muslim dapat jadi uswah hasanah dalam keadaan normal, apalagi kala darurat.

Jauhi sikap egois dan ekstrem dalam beragama dan menyambut Lebaran. Sholat sunnah Idul Fitri perlu super hati-hati, jika tidak memungkinkan sebaiknya dilaksanakan secara terbatas di sekitar lingkungan atau di rumah tanpa melibatkan banyak jamaah.

"Sabda Nabi, jauhi hal-hal darurat dan yang menimbulkan kedaruratan bagi orang lain. Allah mengingatkan jangan menjatuhkan dirimu kepada kebinasaan atau kehancuran (QS Al-Baqarah: 195). Bersamaan dengan itu, Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan dalam beragama (QS Al-Baqarah: 185)," kata Haedar.

Pemerintah telah melarang mudik. Haedar meminta semua mengikutinya demi mencegah dan mengatasi wabah agar tidak meluas. Ia menilai, memang berat meninggalkan tradisi mudik yang memiliki manfaat positif bagi persaudaraan di tempat asal.

Tapi, situasi pandemi akan lebih maslahat bila semua pihak bersikap seksama. Sikap seksama bukan takut dan paranoid tapi bagian ikhtiar atasi pandemi. Ia berharap, pemerintah juga batasi kegiatan wisata dan pusat keramaian lain agar konsisten.

"Apalah artinya mudik dilarang kalau pusat-pusat keramaian publik dilonggarkan. Mencegah dan menahan diri dari segala bentuk kerumunan dan keadaan yang membuat mudarat harus diutamakan warga bangsa yang baik dan bertanggung jawab, terutama bagi Muslim yang berpuasa dan berhasil mengendalikan diri," ujar Haedar.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler