Zakat Obat Kanker Hingga Depresi? Ini Penjelasan Ulama

Zakat merupakan penawar penyakit yang bermula dari kotornya hati

Republika/Maman Sudiaman
Zakat merupakan penawar penyakit yang bermula dari kotornya hati. Ilustrasi zakat
Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Islam merupakan agama yang memberikan jaminan ekonomi, sosial, dan solidaritas sosial. Zakat misalnya yang memiliki dimensi-dimensi sosial dan ekonomi, namun siapa sangka bahwa ibadah yang satu ini juga memiliki dimensi pengobatan dalam penolakan terhadap berbagai penyakit.

Baca Juga


Dalam buku Sehat dengan Ibadah karya Jamal Muhammad Az-Zaki dijelaskan, orang yang berzakat dapat mengobati penyakit yang mendera di dalam tubuhnya. Terutama bagi mereka yang mengidap penyakit jantung dan sistem pernafasan. Tak hanya penyakit yang bersifat fisik yang dapat diobati, ternyata dengan berzakat penyakit yang bersifat psikologis juga dapat diobati dengan zakat.

Imam Ibnu Al Qayyim berkata, “Pada dasarnya sedekah atau zakat menimbulkan dampak menakjubkan dalam menolak musibah, meskipun dari orang jahat dan juga kafir. Karena Allah akan menghindarkan musibah itu darinya dengan berzakat. Ini merupakan permasalahan yang telah populer di masyarakat.” 

Ibnul Qayyim berpendapat bahwa dalam aktivitas berzakat, sesungguhnya tersimpan obat yang sangat mujarab untuk mengobati berbagai penyakit yang tidak bisa dicerna oleh logika dokter-dokter terkemuka. Atau tidak pula dipahami oleh ilmu-ilmu pengetahuan dan eksperimen, atau juga analogi-analogi obat-obatan hati.

Kekuatan hati, kata dia, adalah bersandar kepada Allah SWT dan bertawakal kepada Dia. Dengan berzakat, bertawakal, ini akan menjadi obat penangkal dan penyembuh penyakit yang bersemayam di dalam diri.

Berzakat juga dapat melindungi seseorang dari berbagai penyakit psikologis. Berbagai studi dan penelitian kontemporer bersepakat bahwa setiap Muslim yang berzakat sesungguhnya telah bersungguh-sungguh memikirkan orang lain dan menghentikan atau membatasi pemikiran terhadap diri sendiri.

Sehingga hal itu dapat menjauhkan seorang Muslim dari hidup yang terisolasi dan juga terpisah dari sesamanya. Sebab sebagaimana diketahui, orang yang mengisolasi diri dari lingkup sosialnya lambat laun akan mengalami gejala depresi. Secara ilmiah telah terbukti bahwa rasa senang dan bahagia yang dirasakan seseorang setelah menunaikan pembayaran zakat dan sedekah berpotensi memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Sehingga baginya dapat terhindar dari serangan penyakit lambung, ancaman pembengkakan, ancaman kanker yang tidak tumbuh kecuali setelah sistem kekebalan mengalami kelemahan. Kondisi yang demikian ini menyebabkan sel-sel yang merusak dan jahat, yang tumbuh dan berkembang biak semakin masif dan mendapatkan perlawanan berarti. Atau membasminya di sarangnya sebelum penyebarannya.

Dari sisi lain, menunaikan zakat dan menyerahkannya kepada orang yang berhak menerimanya berpotensi mencabur kemarahan dan kedengkian serta kemurkaan dari dada kaum dhuafa. Sehingga, jiwa-jiwa mereka selamat dari ekdengkian dan dendam, di mana keduanya merupakan faktor-faktor yang menyebabkan penyakit-penyakit psikologis.

 

Obat depresi

Sesungguhnya menunaikan kewajiban zakat menjadikan seorang Muslim berpikir tentang orang lain dan sibuk membahas mereka untuk memberikan bantuan. Mengatasi masalah-masalah orang lain dan mengentaskan kemiskinan yang menjadi jeratan permasalahan lumrah dalam lingkup sosial masyarakat.

Aktivitas itulah yang menjadikan orang berzakat dapat keluar dari sikap tertutup, egois, dan individualis. Dengan begitu, ia dapat meminimalisasi kesedihan yang bersemayam di dalam dirinya. Dan ini merupakan bagian dari metode pengobatan kejiwaan yang paling penting yang digunakan kedokteran kejiwaan modern dalam mengobati kesedihan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler