Mengenal Jasa Outsourcing yang Tak Dapat THR

Kamu dapat THR? Bersyukur ya, ada lho yang gak dapat THR meski bekerja

THR: Kamu dapat THR? Bersyukur ya, ada lho yang gak dapat THR meski bekerja
Rep: Fathur rachman Red: Retizen
Ilustrasi uang THR untuk lebaran ((Foto: Shutterstock).

Tunjangan Hari Raya (THR) sudah menjadi ciri khas budaya masyarakat Indonesia. Jika menilik kepada Peraturan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 6 Tahun 2016, menjelaskan bahwa jasa outsourcing atau pegawai kontrak berhak mendapatkan THR. Namun apakah anda tahu jika di Indonesia sendiri ternyata terdapat jasa outsourcing yang memiliki aturan untuk tidak memberikan THR kepada karyawannya.


Semua jasa outsourcing sudah selayaknya memiliki standarnya pada setiap perusahaannya dan tidak dapat digeneralisasi. Hal tersebut juga dirasakan oleh Tiffany chaesaresa yang bekerja di sebuah startup outsourcing bernama Influx. Startup ini merupakan jasa customer service provider yang lahir dan berpusat di Negara Kangguru Australia, tepatnya di Kota Melbourne.

Menariknya, hingga saat ini di Indonesia sudah memiliki lebih dari 300 karyawan, serta juga memiliki agen-agen yang tersebar di beberapa negara seperti di Kenya dan Jamaica. Tiffany mengatakan bahwa Influx bekerja untuk menyediakan dan membantu konsumen yang membutuhkan jasa siap pakai selama 24 jam dalam seminggu.

Banyak kasus jika ada konsumen saya yang sibuk lalu minta untuk ngetraining pegawainya mulai dari nol dan inginnya yang instan atau udah jadi, ujar tiffany, saat ditanya alasan konsumen membutuhkan mereka.

Lantas, apa yang membuat pekerjaan ini tidak mendapatkan THR keagamaan dan bagaimana perusahaan ini melakukan treatment kepada pekerjanya?

Yang jadi permasalahan di sini ialah influx hanya memiliki kantor fisik di Melbourne yang mengurusi tentang penjualan, sedangkan di Indonesia hanya tersebar agen-agennya saja. Maka dari itu, sistem kerja Tifanny ibaratkan peribahasa jauh di mata dekat di hati, dengan artian meskipun kantor pusatnya jauh namun pekerjaan tetap berada di sekitarnya.

Maka dari itu, sistem kerja kalau kata perempuan yang bekerja dari pagi ke siang ini ibaratkan peribahasa jauh di mata dekat di hati, dengan artian meskipun kantor pusatnya jauh namun pekerjaan tetap berada di sekitarnya.

Kebetulan Ia pun jarang bersinggungan langsung dengan konsumen dari Indonesia, meskipun beberapa terdapat ada konsumen dari pulau Bali. Oleh karenanya, TIffany menceritakan bahwa dalam perusahaannya nggak ada keharusan untuk mengikuti kalendernya Indonesia karena balik lagi tidak ada sangkut pautnya dengan badan hukum di Indonesia

Dari hal tersebut, tentu terjawab bahwa Influx itu berbeda dengan jasa customer service lainnya. Selain itu, karena di Indonesia hanya merupakan virtual office, maka berdampak kepada pekerjaannya yang tidak perlu membayar pajak dan hukum yang mengikat, bahkan yang lebih sedihnya tidak mendapatkan THR karena tidak masuk ke badan hukum tadi.

Jika ditanya ilegal atau nggak? Dari sepahaman Tiffany, ya, legal-legal saja karena toh pertama startup nya udah melaksanakan sesuai apa kesepakatan mereka. Lalu yang kedua juga perusahaan ini tidak bisa dilabeli standar yang sama antara startup yang lahir di Indonesia dan juga di luar negeri.

Tiffany juga menggambarkan dari paparannya bahwa akan menjadi tidak adil jika sewaktu-waktu startup nya memberikan uang THR kepada agen di Indonesia saja. Hal tersebut menurut Tiffany terjadi karena Influx bermain di ranah worldwide. Jadi menurutnya tidak ada yang perlu dispesialkan di setiap negaranya.

Misal nih jika ada agen dari Indonesia dapet THR, tapi kan agen di Jamaika tidak dapet karena tidak merayakan. Jadi jatuhnya gak adil dan ibaratkannya kerjaan kita sama-sama 24 jam, terus juga agen di Kenya tentunya tidak mengenal perayaan lebaran, tambahnya.

Jika dibilang memilukan hati seorang TIffany, tentu iya karena yang lain mendapatkan uang extra tapi ia tidak dapat. Namun ia juga tak menampik bahwa startup nya dapat memberikan kesejahteraan kepadanya dengan tidak pernah telat membayar gaji serta dapat menghargai waktu. Lebih jelasnya Ia mengatakan we get what we work for.

Lebih jelasnya Ia mengatakan we get what we work for," katanya. Senada dengan itu, Ia mengapresiasi cara kerja startup nya yang memberika jam kerja normal. Dari paparanya ia menceritakan bahwa biasanya dalam seminggu pekerja dikontrak selama 44 jam atau setara dengan lima hari kerja.

Kebetulan dirinya sendiri bekerja mulai dari pukul 6 pagi sampai pukul 2 siang. Jadi ketika ada seseorang masih bekerja sampai jam 5 sore, dirinya sudah rebahan di kasur.

Ia juga menyarankan kepada para teman-teman untuk melakukan Hustle kultur untuk mendapatkan bonus tambahan, terutama ketika lebaran mendatang. Misalnya ketika selesai bekerja, seorang karyawan startup sepertinya bisa mengambil part time di lain tempat.

sumber : https://retizen.id/posts/10844/mengenal-jasa-outsourcing-yang-tak-dapat-thr
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler