Israel Abaikan Seruan AS untuk Gencatan Senjata di Gaza

Presiden AS Joe Biden mengharapkan Israel dapat mengurangi intensitas serangan

AP/Carlos Osorio
Para pengunjuk rasa yang mendukung Palestina mengadakan unjuk rasa ketika Presiden Joe Biden mengunjungi pusat kendaraan listrik Ford di dekatnya, Selasa, 18 Mei 2021, di Dearborn, Mich.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Upaya Amerika Serikat (AS) melakukan diplomasi kepada Israel untuk melakukan gencatan senjata di tengah serangan yang sedang berlangsung di Gaza gagal. Para pejabat AS telah melakukan sekitar 60 panggilan telepon dengan para pemimpin Israel dan regional sejak serangan dimulai pada pekan lalu.

Pada Rabu (18/5), Presiden AS Joe Biden, Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin juga ikut melakukan diplomasi melalui panggilan telepon dengan pejabat tinggi Israel. Dalam panggilan telepon kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Biden mengatakan, dia mengharapkan Israel dapat mengurangi intensitas serangan dan melakukan gencatan senjata.

"Kedua pemimpin melakukan diskusi rinci tentang keadaan peristiwa di Gaza, kemajuan Israel dalam menurunkan kemampuan Hamas dan elemen teroris lainnya, dan upaya diplomatik yang sedang berlangsung oleh pemerintah regional dan Amerika Serikat," kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre.

"Presiden menyampaikan kepada perdana menteri bahwa dia mengharapkan penurunan yang signifikan hari ini sebagai langkah menuju gencatan senjata," kata Jean-Pierre menambahkan.

Upaya diplomatik regional dan yang dipimpin AS untuk mengamankan gencatan senjata telah meningkat, tetapi sejauh ini gagal. Serangan di lintas perbatasan terus berlanjut setelah Biden menyerukan kepada Israel untuk menurunkan eskalasi serangan.

Netanyahu mengabaikan seruan AS untuk menurunkan intensitas serangan sebagai langkah menuju gencatan senjata terhadap kelompok militan Palestina. Dalam sebuah pernyataan, Netanyahu mengatakan Israel bertekad akan terus melanjutkan operasi hingga tujuan mereka tercapai.

"Saya bertekad untuk melanjutkan operasi ini sampai tujuannya tercapai--untuk memulihkan ketenangan dan keamanan bagi Anda, warga Israel. Israel tidak mungkin menetapkan kerangka waktu untuk operasi tersebut," kata Netanyahu.

Baca Juga


Menanggapi seruan Biden untuk menurunkan eskalasi, juru bicara Hamas Hazem Qassam mengatakan mereka yang terlibat dalam upaya diplomasi gencatan senjata harus memaksa Israel untuk mengakhiri agresinya di Yerusalem dan pengeboman di Gaza. Kemudian, setelah itu dapat memungkinkan ada ruang untuk berbicara serta memulihkan ketenangan.

Hamas mulai menembakkan roket ke Israel pada 10 Mei sebagai pembalasan atas tindakan Israel yang merampas hak warga Palestina untuk beribadah di Masjid al-Aqsa selama bulan Ramadhan. Selain itu, Israel juga telah mengusir paksa warga Palestina yang tinggal di wilayah Sheikh Jarrah.

Sejak saat itu, Hamas dan Israel saling melakukan serangan dengan intensitas tinggi. Sekitar 4.000 roket telah ditembakkan dari Gaza sejak 10 Mei. Sebagian besar dari tembakan roket itu telah dicegat oleh pertahanan rudal Israel. Konflik juga telah meluas ke perbatasan Israel-Lebanon dan memicu kekerasan di Tepi Barat yang diduduki.

Hampir 450 bangunan di Gaza yang berpenduduk padat telah hancur atau rusak parah, termasuk enam rumah sakit dan sembilan pusat kesehatan perawatan primer. Lebih dari 52 ribu warga Palestina telah mengungsi.

Sedikitnya 21 warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki telah gugur dalam bentrokan dengan pasukan Israel. Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 227 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel, termasuk 64 anak-anak dan 38 perempuan sejak 10 Mei.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler