Menlu AS: Hamas Bawa Kehancuran Bagi Rakyat Palestina
Menlu AS Antony Blinken mengkritik peran Hamas dalam perjuangan Palestina
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) Antony Blinken mengkritik peran Hamas dalam perjuangan Palestina. Menurut dia, Hamas hanya menimbulkan kehancuran bagi rakyat Palestina.
“Faktanya adalah Hamas tidak membawa apa-apa selain kehancuran bagi rakyat Palestina,” kata Blinken saat diwawancara ABC pada Senin (24/5).
Blinken menilai selama mengontrol Jalur Gaza, Hamas telah melakukan kesalahan parah dalam mengurus dan mengelola wilayah tersebut. “Dan tentu saja, serangan roket tanpa pandang bulu terhadap warga sipil Israel yang telah menimbulkan tanggapan yang mereka lakukan karena Israel memiliki hak untuk membela diri,” ujarnya.
Dia menyebut pada masa lalu AS bekerja dengan pihak independen terpercaya untuk membantu rekontruksi Gaza. “Jadi saya pikir apa tantangan sebenarnya di sini adalah membantu rakyat Palestina, khususnya membantu orang-orang Palestina yang moderat. Dan Otoritas Palestina memberikan hasil yang lebih baik bagi rakyat mereka. Tentu saja, Israel pun memiliki peran besar untuk dimainkan di sana,” kata Blinken mengisyaratkan keengganan AS terlibat dengan Hamas.
Wilayah Palestina memang terpecah dua yakni Tepi Barat dan Jalur Gaza. Tepi Barat dikelola Otoritas Palestina yang didominasi faksi Fatah, sementara Hamas memimpin Gaza. Friksi antara kedua pihak itu telah berlangsung sejak 2007.
Blinken diagendakan mengunjungi Israel dan Palestina pada Rabu (26/5). Salah satu fokus dari kunjungan itu adalah membangun gencatan senjata di Gaza.
Pada 21 Mei lalu, Israel dan Hamas menyepakati penerapan gencatan senjata. Hal itu tercapai setelah pertempuran berlangsung selama 11 hari yakni sejak 10 Mei. Baik Hamas dan Israel sama-sama mengeklaim kemenangan.
Selama pertempuran berlangsung setidaknya 279 warga Gaza, 65 di antaranya anak-anak, dilaporkan meninggal. Sementara Israel mencatatkan setidaknya 12 korban jiwa akibat serangan roket Hamas.
Pertempuran antara Israel dan Hamas yang berlangsung selama 11 hari di Jalur Gaza tak terlepas dari meningkatnya ketegangan di Yerusalem Timur. Sejak awal bulan ini, warga Palestina di Yerusalem Timur menggelar demonstrasi menentang rencana Israel menggusur sejumlah keluarga Palestina yang tinggal di lingkungan Sheikh Jarrah. Namun aksi itu direspons represif dan brutal oleh aparat keamanan Israel.
Situasi memburuk saat aparat keamanan Israel menggeruduk masjid al-Aqsa dan menyerang jamaah di dalamnya. Hamas sempat memperingatkan dan memberi tenggat waktu agar Israel segera menarik aparat keamanannya dari kompleks al-Aqsa.
Namun peringatan itu diabaikan. Hamas kemudian meluncurkan serangan roket ke wilayah Israel. Aksi itu direspons Israel dengan melancarkan agresi bertubi-tubi ke Gaza.