Biden dan Putin Disebut akan Bertemu Perdana di Jenewa
Hubungan Rusia dan AS memanas setelah Biden membuat pernyataan menohok soal Putin
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Gedung Putih dan Kremlin dilaporkan tengah berupaya mengatur pertemuan puncak Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pertemuan itu disebut bakal digelar di Jenewa, Swiss, bulan depan.
Menurut seorang pejabat AS, penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan telah bertemu sekretaris dewan keamanan Rusia Nikolay Patrushev di Jenewa pekan ini. Mereka membicarakan dan menyelesaikan perincian pertemuan.
Pejabat AS lain yang turut mengetahui hal tersebut mengungkapkan, saat ini Jenewa diharapkan menjadi pilihan untuk pertemuan tatap muka perdana Biden dengan Putin. Adapun waktu penyelenggaraan KTT diperkirakan pada 15-16 Juni. Pengumuman resmi diharapkan muncul dalam beberapa hari mendatang.
Jika terealisasi, perjalanan perdana Biden ke luar negeri sebagai presiden akan beruntun. Sebab pertemuan dengan Putin bakal dilangsungkan setelah partisipasi Biden di KTT G7 di Inggris dan kunjungan ke markas NATO di Brussels, Belgia.
Dewan Keamanan Nasional AS masih enggan mengomentari tentang logistik KTT. Namun mereka menyebut pertemuan Sullivan dan Patrushev di Jenewa merupakan langkah penting dalam persiapan KTT AS-Rusia yang direncanakan. Meskipun terdapat perbedaan luar biasa, diskusi Sullivan dengan Patrushev konstruktif.
Sebelumnya Biden telah mengutarakan harapannya bertemu Putin saat melakukan lawatan ke Benua Biru bulan depan. “Itu adalah harapan dan ekspektasi saya (bertemu Putin). Kami sedang mengusahakannya,” katanya kepada awak media pada 4 Mei lalu.
Biden diagendakan menghadiri KTT G7 di Cornwall, Inggris, pada 11-13 Juni. Setelah itu, dia bakal bertolak ke Brussels, Belgia, untuk bertemu para pemimpin Uni Eropa dan berpartisipasi dalam pertemuan puncak NATO.
Hubungan Rusia dan AS memanas setelah Biden membuat pernyataan menohok tentang Putin. Dia menyebut Putin sebagai pembunuh dan tak memiliki jiwa. Pernyataan itu dibuat Biden saat mengomentari kasus peracunan tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny. Merespons komentar Biden, Rusia menarik duta besarnya dari Washington pada Maret lalu.
Pada 15 April, AS mengumumkan pengusiran 10 diplomat Rusia dari negaranya. Washington pun menjatuhkan sanksi kepada 32 individu dan enam perusahaan Moskow. "Sepuluh diplomat yang diusir termasuk perwakilan dari dinas intelijen Rusia," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, 32 individu dan entitas serta enam perusahaan Rusia dituduh mencampuri penyelenggaraan pemilihan presiden AS tahun lalu. Moskow telah berulang kali membantah tudingan yang menyebutnya mengintervensi perhelatan pilpres AS.