Keluarga Muslim di Denmark Alami Pelecehan Verbal
Tiba-tiba pria tak dikenal mendekat dan mulai meneriaki mereka.
REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN -- Video seorang pria Denmark yang melecehkan pasangan Muslim dan dua anak mereka yang masih kecil menjadi viral. Kejadian itu mendorong beberapa politikus Denmark termasuk Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen mengutuk tindakan rasialis tersebut.
Kala itu, Kodes Hamdi bersama suami dan dua anaknya berada di Pelabuhan Kastrup di pinggiran Kopenhagen. Tiba-tiba pria tak dikenal mendekat dan mulai meneriaki mereka.
Pria yang belum diketahui identitasnya itu berteriak, “Apa yang kamu lakukan di sini?"
Dalam video yang direkam istri Hamdi, pria yang belum diketahui identitasnya itu terdengar berteriak: “Apa yang kamu lakukan di sini? Pergilah!” Dia juga meneriaki kata-kata kasar.
"Ini bukan negaramu. Anda adalah tamu di sini, lihat warna kulit Anda, Anda kuning, Anda tidak pantas di sini,” ucap pria itu.
Kemudian Hamdi menunggah video tersebut di Facebook-nya. Sekarang sudah lebih dari 5.000 kali video dibagikan dan Hamdi menerima ribuan komentar.
Hamdi memutuskan membagikan kejadian itu kepada publik karena sudah lelah menerima perbuatan rasialisme. Dia ingin menunjukkan kepada orang-orang bagaimana rasialisme itu.
“Saya tidak mengizinkan manusia lain meremehkan saya atau keluarga saya,” tulisnya.
Frederiksen mengungkapkan kekecewaannya atas insiden tersebut. “Orang tua dan dua anak kecil dipaksa secara tidak masuk akal menanggung kata-kata yang mengejutkan dan rasialis karena warna kulit mereka. Itu mempengaruhi saya,” tulis Frederiksen di Facebook.
Dia menambahkan semua orang memiliki tanggung jawab untuk melawan rasialisme, kebencian, dan diskriminasi karena itu bukan hal yang dimiliki Denmark. Menurut catatan polisi, kejahatan rasial yang terdaftar meningkat 27 persen dari 2018 hingga 2019. Di antaranya ada kejahatan rasial bermotif 312 dan 180 terkait agama.
Politikus dari semua partai Denmark mengutuk insiden tersebut, termasuk perwakilan dari partai Danish People’s Party (DPP) sayap kanan anti-imigrasi yang populis. Namun, beberapa kritikus percaya partai itu termasuk di antara mereka yang memicu meningkatnya ketegangan rasial di Denmark.
Dikutip The National, Jumat (28/5), Hamdi melaporkan kejadian tersebut ke polisi dan berterima kasih kepada empat petugas yang datang membantunya. Namun, kecil kemungkinan pelaku akan menghadapi hukuman hukum karena sifat pelecehan yang tidak menggunakan kekerasan.
Denmark telah menempati peringkat tiga besar negara paling bahagia selama beberapa tahun dan sering dilihat sebagai negara yang toleransi. Dalam unggahannya, Hamdi mendesak orang-orang menghentikan rasialisme dan menerima perbedaan.
“Jadi kita bisa dengan bangga menyebut diri kita sendiri sebagai negara yang paling bahagia dan paling berwarna. Ini juga negara saya dan saya juga bagian dari masyarakat ini. Begitu pula anak laki-laki saya dan semua orang dengan warna kulit, sikap, dan kepercayaan yang berbeda,” jelas dia.