Perempuan Kurang Pahami Ancaman Penyalahgunaan Data Pribadi

Perempuan Indonesia sebenarnya khawatir dengan ancaman penyalahgunaan data pribadi.

Pikist
Ilustrasi data pribadi
Rep: Inas Widyanuratikah Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Tata Kelola Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Mariam F Barata mengatakan, perempuan Indonesia sebenarnya khawatir dengan ancaman penyalahgunaan data pribadi. Namun, masih banyak perempuan yang masih tidak memahami ancaman-ancaman yang mereka terima ketika menggunakan internet berkaitan dengan data pribadi.


Ia menyebutkan, berdasarkan data dari Safenet, penggunaan teknologi informasi antara perempuan dan laki-laki tidak memiliki kesenjangan yang tinggi. Namun, lonjakan kasus kekerasan berbasis digital, data Komnas Perempuan menunjukkan pada tahun 2020 menerima 940 laporan. Angka ini meningkat dibanding tahun sebelumnya.

"Data kita juga menunjukkan, bahwa mereka kurang menyadari bahwa potensi ancaman yang ditimbulkan oleh teknologi dan data itu, wanita cenderung kurang hati-hati," kata Mariam, dalam diskusi daring Literasi Digital Sebagai Solusi Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan, Senin (31/5).

Menurut Mariam, fenomena ancaman penyalahgunaan data pribadi terhadap perempuan ini seperti gunung es. Beberapa kasus saja yang tampak dan terkesan sedikit, namun sebenarnya ancaman penyalahgunaan data pribadi bagi perempuan ini masih sangat mengerikan.

Ia menjelaskan, banyak perempuan belum sadar bahwa jejak digital sangat berpeluang untuk disalahgunakan di kemudian hari. Jejak digital, lanjut Mariam, bisa digunakan oleh pihak yang ingin melakukan kekerasan berbasis daring.

Lebih lanjut, ia menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh perempuan untuk menjaga data pribadinya di dunia digital. Bagi perempuan yang berjualan daring, perlu memisahkan akun pribadi dengan akun publik atau usahanya.

Selain itu, perempuan perlu memperhatikan pengaturan privasi dan membuat kata sandi akun yang kuat dan sulit ditebak. "Karena tadi, password suka lupa jadi bikinnya yang gampang-gampang," kata Mariam menambahkan.

Ia juga mengingatkan, agar perempuan berhati-hati dengan URL yang dipendekkan. Biasanya, URL disebarkan dengan tulisan-tulisan tertentu sehingga seseorang terpancing untuk membuka situs tersebut.

Perempuan juga perlu mengurangi aplikasi yang membutuhkan berbagi lokasi, atau setidaknya jangan mudah membagikan lokasi tempat mereka berada. "Kemudian harus melakukan data detox, dengan kurangi jejak digital. Jaga kerahasiaan pin atau password pada ponsel atau laptop," kata Mariam.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler