PBB Minta G7 Bantu Lebih Banyak Atasi Pandemi Global

Negara kaya didorong untuk membiayai lebih banyak vaksinasi negara berkembang

AP/Toby Melville/reuters pool
Presiden AS Joe Biden, kiri, berbicara dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, selama pertemuan mereka menjelang KTT G7 di Cornwall, Inggris, Kamis 10 Juni 2021.
Rep: dwina agustin Red: Hiru Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Kelompok Tujuh (G7) untuk menyumbangkan satu miliar dosis vaksin Covid-19 ke negara-negara miskin. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyatakan negara-negara membutuhkan lebih banyak rencana lainnya. 


"Kami membutuhkan lebih dari itu. Kami membutuhkan rencana vaksinasi global. Kami perlu bertindak dengan logika, dengan rasa urgensi, dan dengan prioritas ekonomi perang, dan kami masih jauh dari itu," ujar Guterres tentang rencana G7. 

Guterres memang menyambut baik langkah itu. Namun dia memperingatkan bahwa jika orang di negara berkembang tidak melakukan vaksinasi dengan cepat, virus dapat bermutasi lebih lanjut dan menjadi kebal terhadap vaksin baru.

Sumbangan menuju langkah ke arah yang benar. Hanya saja,  pemimpin Barat gagal memahami bahwa upaya luar biasa diperlukan untuk mengalahkan virus. Bantuan distribusi juga diperlukan.

Mantan perdana menteri Inggris Gordon Brown telah mendorong negara-negara kaya untuk berbagi lebih banyak biaya vaksinasi negara-negara berkembang. Dia mengatakan janji G7 lebih mirip dengan menyerahkan sumbangan kepada pengemus daripada solusi nyata.

"Ini adalah kegagalan besar jika kita tidak bisa pergi dalam satu atau dua minggu ke depan ... dengan rencana yang benar-benar menyingkirkan dunia dari Covid sekarang kita punya vaksin," kata Brown. 

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menggunakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Inggris untuk mengumumkan sumbangan vaksin. AS memberikan 500 juta dosis dan Inggris dengan 100 juta vaksin untuk negara-negara termiskin di dunia.

Kanada diperkirakan akan berkomitmen untuk berbagi hingga 100 juta dosis. Negara launnya mungkin menyusul setelah Johnson mendesak para pemimpin G7 untuk membantu menginokulasikan hampir delapan miliar orang di dunia terhadap virus korona pada akhir tahun depan. 

Covid-19 telah merobek ekonomi global, dengan infeksi yang dilaporkan lebih dari 210 negara dan wilayah sejak kasus pertama diidentifikasi di Cina pada Desember 2019. Perlombaan untuk mengakhiri pandemi yang telah menewaskan sekitar 3,9 juta orang dan menabur kehancuran sosial dan ekonomi akan ditampilkan secara mencolok pada pertemuan puncak tiga hari yang dimulai pada Jumat (11/6) di resor tepi laut Inggris, Carbis Bay. 

Upaya vaksinasi sejauh ini sangat berkorelasi dengan tingkat kekayaan negara, seperti AS, Eropa, Israel dan Bahrain jauh di depan negara lain. menurut data Johns Hopkin University, sebanyak 2,2 miliar orang telah divaksinasi. 

Karena kebanyakan orang membutuhkan dua dosis vaksin, dan mungkin suntikan penguat untuk mengatasi varian yang muncul, badan amal Oxfam mengatakan dunia akan membutuhkan 11 miliar dosis untuk mengakhiri pandemi. "Jika para pemimpin G7 terbaik yang dapat mengelola adalah dengan menyumbangkan satu miliar dosis vaksin, maka pertemuan puncak ini akan gagal," kata manajer kebijakan kesehatan Oxfam, Anna Marriott. 

sumber : reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler