Pidato Menggetarkan Thariq bin Ziyad di Selat Gibraltar
Thariq bin Ziyad menorehkan kemenangan saat taklukkan Andalusia
REPUBLIKA.CO.ID, Sejarah membuktikan, kedatangan Islam di Semenanjung Iberia membawa berkah, bahkan bagi penduduk setempat yang non-Muslim. Peradaban Islam bersinar terang dari wilayah di sebelah barat Benua Eropa itu.
Penguasa Muslim memiliki visi kosmopolitan. Alhasil, kaum Kristen dan Yahudi pun dapat menikmati berbagai kemajuan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan lain-lain yang disediakan khalifah di sana. Kemajuan Kota Kordoba sejak abad kedelapan adalah bukti telak untuk itu.
Langkah keseribu selalu dimulai dari langkah kecil pertama. Dalam hal ini, langkah pertama dilakukan Thariq bin Ziyad, sang panglima Muslim yang merintis penaklukan Iberia.
Demi mengenang jasanya, selat yang memisahkan Maghribi (Maroko) dan Iberia dinamakan Gibraltar. Nama itu adalah pelafalan dalam bahasa Spanyol untuk Jabal Thariq, `Bukit Thariq.'
Ya, di bukit yang menghadap pantai selatan Iberia itu, komandan Muslim tersebut menyampaikan pidato menggugah jiwa. Ia berpesan kepada seluruh pasukannya, sesaat setelah berhasil mendarat di pesisir. Apa yang dilakukannya merupakan keberanian nyata.
Thariq memerintahkan para prajuritnya membakar semua kapal yang sebelumnya digunakan untuk mengangkut pasukan Muslimin dari Maroko ke Spanyol.
Dengan demikian, ia berupaya menunjukkan bahwa tidak ada jalan untuk melarikan diri. Hadapi yang terbentang di depan, yakni berjihad sepenuh jiwa dan raga, melawan musuh. Pilihannya hanya dua, meraih kemenangan atau gugur sebagai syuhada.
Pidato Thariq, sebagaimana dikutip Ahmad Thomson dalam Islam Andalusia, antara lain sebagai berikut:
“Ke manakah kalian, wahai pasukan Muslimin, dapat melarikan diri? Musuh berada di depan, sementara lautan terbentang di belakang kalian? Demi Allah! Tak ada keselamatan bagi kalian kecuali dalam keberanian dan keteguhan hati.
Pertimbangkanlah situasi kalian: berdiri di sini bagaikan anak-anak yatim terlontar ke dunia.Kalian akan segera bertemu dengan musuh yang kuat, mengepung kalian dari segala penjuru bagaikan gelombang samudera yang bergejolak.
Maka buanglah segala ketakutan dari hati kalian. Percayalah, kemenangan akan menjadi milik kita dan percayalah raja kafir itu tak akan mampu bertahan menghadapi serangan kita.
Jika aku terbunuh sebelum mendekatinya (Roderick), jangan kalian bersusah payah karenaku.Tetaplah bertempur seolah aku masih hidup di tengah kalian. Sebab, kaum kafir ini saat melihat rajanya jatuh, pastilah akan kocar-kacir.
Jika aku terbunuh setelah menewaskan raja mereka itu, tunjuklah seseorang di antara kalian yang di dalam dirinya terdapat jiwa keberanian dan kecakapan pengalaman, mampu memimpin kalian dalam situasi genting ini.”