Kasus Covid-19 Melonjak, IDAI: PTM Jangan Dulu

Pemerintah perlu menunggu dua pekan untuk membahas kembali dibuka atau tidaknya PTM.

Istimewa
Prof Dr dr Aman B Pulungan SpA(K) FAAP FRCPI (Hon.)
Rep: Mimi Kartika Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Pulungan menegaskan kepada pemerintah untuk tidak membiarkan anak kembali ke sekolah mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) saat terjadi lonjakan kasus positif Covid-19. Menurut dia, pemerintah perlu menunggu dua pekan untuk membahas kembali dibuka atau tidaknya sekolah.


"Menurut IDAI untuk saat ini ya, anak kembali ke sekolah, pergi ke tempat umum atau kerumunan, jangan dulu," ujar Aman dalam webinar pada Sabtu (26/6).

Dia menjelaskan, kasus Covid-19 pada usia 0-18 tahun angkanya mencapai 12,5 persen. Artinya, satu di antara delapan kasus Covid-19 merupakan anak-anak atau dari total kasus Covid-19 di Indonesia sebanyak dua juta, 200 ribu di antaranya adalah anak-anak.

Namun, IDAI mencatat, berdasarkan data dari dokter anak, pasien Covid-19 anak-anak hanya 100 ribuan. Dengan demikian, masih banyak anak-anak yang terinfeksi Covid-19 tetapi belum terdeteksi, bisa saja mereka tiba-tiba harus dilarikan ke IGD atau sampai meninggal dunia atau menderita long covid.

Mirisnya lagi, pada pekan lalu IDAI mencatat jumlah anak yang meninggal dunia akibat Covid-19 mencapai 13-14 orang. Artinya, ada dua anak yang meninggal setiap pekannya.

"Harusnya satu orang anak tidak yang meninggal. Kita harus jaga anak dan cucu kita," kata Aman.

Menurut dia, tingginya mortalitas anak akibat Covid-19 terjadi karena banyak kasus yang tidak terdeteksi dan kurangnya ketersediaan testing atau pemeriksaan Covid-19. Angka testing di Indonesia memang masih rendah, apalagi testing kepada anak-anak.

Ditambah lagi dengan rendahnya target vaksinasi Covid-19 di sebagian besar daerah. Aman juga mendorong agar program vaksinasi Covid-19 untuk anak-anak segera dilakukan pada tahun ini agar sekolah dapat segera dibuka.

"Bagaimana kita mau membuka sekolah ketika testing kita rendah," tutur Aman.

Di samping itu, Aman juga menyinggung sebagian besar pemerintah daerah yang tidak menyediakan data kasus Covid-19 pada anak-anak. Padahal data ini penting untuk upaya penanganan. IDAI pun hanya mengandalkan data dari dokter anak yang merawat pasien anak yang menderita Covid-19. 

Untuk mengatasi lonjakan Covid-19 saat ini, Aman mendorong agar pemerintah menerapkan lockdown. Dia juga meminta agar 3T (tracing, testing, treatment) ditingkatkan minimal sesuai anjuran WHO serta mengoptimalkan vaksinasi Covid-19 secara masif termasuk untuk anak-anak.

"Lockdown, 3T ditingkatkan, testing-nya 30 kali lipat atau sesuai dengan WHO, tracingnya juga, dan imunisasi segera ditingkatkan. Tiga ini untuk saat ini obat yang paling mujarab," kata Aman.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler