Studi: Idul Fitri Picu Kematian Covid-19 Muslim Afsel
Keturunan India/Melayu paling berisiko kematian akibat Covid-19 di Afsel.
REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN -- Pertemuan keluarga dan keagamaan selama Ramadhan kemungkin secara tidak sengaja menjadi lokasi penyebaran Covid-19 di komunitas Muslim. Hal ini disampaikan beberapa ilmuwan terkemuka dan spesialis kesehatan masyarakat Afrika Selatan (Afsel).
Para ahli dalam Jurnal Medis Afrika Selatan menyebut, kematian akibat Covid-19 yang tinggi di kalangan umat Islam menunjukkan perayaan Idul Fitri pada akhir Ramadhan Mei lalu kemungkinan memiliki peran menyebarkan virus tersebut
Dilansir di Times Live, Ahad (27/6), secara nasional, proporsi kematian Muslim akibat Covid-19 di Afsel mencapai angka 4,9 persen. Sementara, jumlah mereka hanya 1,9 persen dari populasi. Hal ini menunjukkan pandemi menyebabkan korban yang tidak proporsional dalam komunitas Islam.
"Tidak ada perbedaan antara lintasan kematian di komunitas Muslim, terhadap tren nasional yang terlihat pada 2020 ketika semua tempat ibadah dilarang beroperasi,” kata tim yang dipimpin oleh Waasila Jassat dari National Institute of Communicable Diseases.
Bahkan, peningkatan kematian yang tajam di antara umat Islam semakin terlihat jelas setelah Ramadhan. Jumlah kematian mingguan di komunitas Muslim Gauteng saat ini melampaui puncak kematian mingguan yang dilaporkan di komunitas selama gelombang pertama dan kedua.
Tim ini menyebut tingginya angka kematian kemungkinan terjadi karena infeksi yang bertepatan dengan sepertiga terakhir bulan puasa yang dijalani umat Islam yang memuncak pada perayaan Idul Fitri. "Meskipun alasannya multifaktor, kemungkinan yang terjadi di dalamnya termasuk kehadiran yang lebih tinggi di tempat-tempat ibadah dan pertemuan sosial selama periode perayaan Idul Fitri," katanya.
Organisasi Muslim di seluruh negeri melaporkan jumlah harian kematian Covid-19 yang diketahui kepada kelompok koordinasi Muslim Stats Afrika Selatan. Hingga 10 Juni, tercatat 2.826 kematian akibat Covid-19 di komunitas Muslim, terutama keturunan India/Melayu. Mereka merupakan kelompok paling berisiko kematian akibat Covid-19 di negara tersebut.
Dewan Penelitian Medis (MRC) melaporkan 166.794 kematian di Afsel terjadi untuk periode waktu yang sama. Hal ini menunjukkan kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan mungkin diremehkan dengan faktor ketiga.
Analisis kematian berdasarkan kelompok ras mengungkapkan dibandingkan dengan orang kulit putih, orang Afrika Selatan keturunan India memiliki 35 persen peningkatan risiko kematian akibat Covid-19 saat dirawat di rumah sakit.
Orang kulit hitam dan kulit berwarna memiliki risiko kematian 23-24 persen lebih tinggi setelah dirawat di rumah sakit Covid-19. Peningkatan risiko ini tidak tergantung pada faktor risiko lain yang mendasarinya, seperti diabetes, yang sangat lazim pada orang keturunan India dibandingkan orang kulit putih.
Di sisi lain, dibandingkan dengan semua kelompok ras lain, orang Afrika Selatan keturunan India memiliki peningkatan risiko kematian sebesar 11 persen setelah dirawat di rumah sakit akibat Covid-19. “Temuan ini memberikan bukti tidak langsung pertemuan di akhir Ramadhan dan Idul Fitri kemungkinan menyebabkan peristiwa yang penyebar luas di kalangan Muslim di Gauteng dan mengakibatkan sejumlah besar kematian yang dapat dihindari,” tulis para ahli.
Masih tidak jelas apakah varian Delta SARS-CoV-2 yang pertama kali diidentifikasi di India memiliki kemungkinan telah berkontribusi pada wabah awal di komunitas ini, karena variannya 60 persen lebih mudah menular dan kemungkinan lebih ganas. Karena kasus Covid-19 terus meningkat, mereka menilai penting menerapkan strategi mitigasi yang memadai secara nasional, termasuk di komunitas Muslim dan agama lainnya untuk menghindari kematian Covid-19 yang dapat dicegah.
“Peristiwa penyebaran besar dapat terjadi karena pertemuan beberapa orang di ruang dalam ruangan yang berventilasi buruk, terutama karena tidak adanya penggunaan masker," kata mereka.