Jepang Tunda Umumkan Hasil Undian Tiket Olimpiade

Akibat lonjakan kasus Covid-19, kemungkinan besar jumlah penonton dikurangi.

REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Menara Tokyo terlihat dari Sky Deck of Roppongi Hills di Tokyo, Jepang, Rabu (2/6). Menara Tokyo yang merupakan landmark dari Jepang itu dinyalakan dengan warna khusus dalam rangka menyambut 100 hari sebelum dimulainya Olimpiade Tokyo 2020. REUTERS/Kim Kyung-Hoon SEARCH
Red: Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo mengatakan akan menunda rilis hasil undian tiket hingga Sabtu (10/7). Sebab ibu kota Jepang itu sedang bergulat dengan lonjakan kasus Covid-19 dan kemungkinan besar jumlah penonton yang diizinkan masuk di setiap venue akan dikurangi, Kyodo melaporkan pada Senin (5/7). Panitia awalnya berencana merilis hasil pada Selasa (6/7). 

Baca Juga


Penyelenggara Olimpiade juga dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan pekan ini untuk meninjau kembali kebijakan yang mengizinkan hingga 10 ribu penonton per arena pertandingan. Dalam perkembangan terkait, Gubernur Hokkaido, Senin, meminta badan penyelenggara untuk mempertimbangkan penyelenggaraan maraton dan jalan cepat di Sapporo, ibu kota pulau utama paling utara Jepang itu, tanpa penonton di pinggir jalan. Ini merupakan upaya mengekang penyebaran virus corona.

Gubernur Hokkaido, Naomichi Suzuki, bertemu dengan pejabat komite, termasuk Wakil Direktur Jenderal Hiroshi Sato. Ia meminta agar mereka menerapkan langkah-langkah pencegahan Covid-19 yang ketat dan mencegah orang berkumpul di pinggir jalan untuk acara yang berlangsung pada 5-8 Agustus itu. Karena lonjakan kasus di Tokyo didorong oleh varian virus yang sangat menular, penyelenggara diharapkan untuk meninjau batas jumlah penonton yang disepakati akhir bulan lalu. Sebelumnya diputuskan venue dapat diisi hingga 50 persen dari kapasitas dengan maksimum 10 ribu orang. 

Undian di antara pemegang tiket untuk menentukan apakah mereka dapat hadir di pertandingan, termasuk upacara pembukaan dan penutupan, telah diadakan. Jika penyelenggara memutuskan untuk menggelar Olimpiade, yang akan dimulai pada 23 Juli, tanpa penonton di tribun, Suzuki mengatakan dia ingin kebijakan itu diterapkan di semua tempat, bukan hanya di Tokyo.

Suzuki menjadi gubernur terbaru yang mendesak penyelenggara untuk memperketat kebijakan penonton mereka. Gubernur prefektur Chiba dan Saitama di Tokyo telah menyerukan agar acara setelah jam 9 malam diadakan secara tertutup. Suzuki berharap penyelenggara dapat mendorong orang untuk menonton maraton di TV daripada hadir di sepanjang rute.

Olimpiade akan berlangsung di 10 dari 47 prefektur Jepang. Acara maraton dan jalan cepat putra dan putri dipindahkan ke Sapporo pada 2019 karena kekhawatiran akan musim panas yang ekstrem di ibu kota.

Sekitar 40 persen sesi atau slot waktu Olimpiade diperkirakan akan diadakan tanpa penonton jika kebijakan setelah jam 9 malam digelar tertutup dan batas kehadiran 10 ribu orang per venue diturunkan menjadi 5.000 orang. Kebijakan saat ini ditetapkan sejalan dengan kebijakan pemerintah Jepang tentang batas penonton untuk acara-acara besar di negara itu dengan premis bahwa Tokyo tidak akan lagi berada di bawah keadaan darurat semu setelah tanggal 11 Juli.

Namun, Jepang cenderung mempertahankan keadaan darurat, yang mencakup wilayah metropolitan Tokyo, selama Olimpiade. Di bawah keadaan darurat, jumlah orang yang diizinkan hadir di acara olahraga atau acara besar lainnya dibatasi hingga 50 persen dari kapasitas tempat dengan batas atas 5 ribu orang.

Lima badan penyelenggara, termasuk Komite Olimpiade Internasional (IOC), dan pemerintah pusat dan kota metropolitan Tokyo, akan mengadakan pertemuan paling cepat Kamis untuk meninjau batas kehadiran. Pada hari itu, pemerintah dapat secara resmi memutuskan perpanjangan keadaan darurat semu dan presiden IOC dijadwalkan tiba di Jepang.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler