Vaksin AZ Dijeda Lebih Lama, Respons Kekebalan Makin Tinggi

Respons kekebalan lebih tinggi ketika dosis kedua vaksin AZ dijeda lebih lama.

EPA/ADI WEDA
Vaksin Covid-19 AstraZeneca. Di tengah tersendatnya pasokan vaksin, studi dari Oxford membawa kabar baik bahwa penundaan pemberian dosis kedua vaksin Covid-19 AstraZeneca justru menimbulkan respons kekebalan yang lebih baik.
Rep: Meiliza Laveda Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -– Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, seperti Bangladesh, tengah menghadapi lonjakan kasus Covid-19. Pada saat yang sama, persediaan vaksin sangat terbatas.

Tersendatnya pasokan vaksin telah menyebabkan jeda yang lebih lama antara pemberian dosis pertama dan kedua vaksin Covid-19. Hal ini memicu kekhawatiran tentang respons kekebalan tubuh yang tidak maksimal.

Baca Juga



Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan jeda antara delapan hingga 12 pekan untuk dosis pertama dan kedua vaksin AstraZeneca, salah satu vaksin yang paling banyak didistribusikan secara global. Namun, sebuah studi baru University of Oxford di Inggris telah menemukan bahwa dosis kedua vaksin tetap efektif bekerja bahkan setelah pemberiannya dijeda sampai 45 pekan.

Berdasarkan studi, respons imun para sukarelawan lebih unggul setelah penundaan yang lebih lama daripada jeda yang sudah direkomendasikan. Penelitian menemukan, penundaan yang lama mungkin bermanfaat, menghasilkan lebih banyak antibodi terhadap SARS-CoV-2 dan respons imun yang ditingkatkan.

"Anda mendapat antibodi yang sangat kuat dengan jarak yang sangat panjang dan itu sangat menggembirakan bagi negara-negara yang pasokan vaksinnya mungkin terbatas," kata salah seorang peneliti studi, Prof. Teresa Lambe, Ph.D pada konferensi pers yang diselenggarakan oleh Science Media Center di London, dikutip dari Medical News Today, Senin (5/7).

Rekan penulisnya, Prof. Sir Andrew Pollard, Ph.D., F.Med.Sci. menjelaskan bahwa temuan ini sejalan dengan pengalaman dari vaksin lain. Studi ini menemukan tingkat antibodi tetap meningkat hingga satu tahun setelah dosis pertama.

"Respons antibodi akan lebih baik jika kita menunggu lebih lama untuk mendapatkan dosis kedua setelah mendapatkan dosis pertama vaksin Covid-19, sebab kita memberi waktu yang lebih banyak bagi respons imun menjadi matang,” ujar dia.

Studi ini menemukan tingkat antibodi tetap meningkat hingga satu tahun setelah dosis tunggal. Namun, Prof. Pollard mengatakan bahwa ada hal yang harus ditimbang, yakni antara risiko infeksi karena kekebalan yang terus menurun setelah dosis pertama dengan kekebalan yang lebih kuat setelah dosis kedua yang tertunda.

"Saat ini kami tidak benar-benar tahu berapa lama perlindungan yang diberikan oleh satu dosis vaksin, tapi yang pasti, itu lebih dari tiga bulan," kata Prof. Pollard.

Efek dosis penguat
Penelitian juga menunjukkan, dosis ketiga dari vaksin asli lebih dari enam bulan setelah dosis kedua meningkatkan kekebalan yang kuat terhadap SARS-CoV-2. Dosis ketiga menyebabkan tingkat antibodi yang lebih tinggi dan mampu menetralkan varian Alfa, Beta, dan Delta.

Di lain sisi, para peneliti menekankan permasalahan kebutuhan akan dosis booster. Data terbaru dari Public Health England menunjukkan, dua dosis vaksin AstraZeneca memberikan perlindungan 92 persen terhadap varian Delta. Sementara dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech memberikan perlindungan 96 persen.

Sejak konferensi pers, pemerintah Inggris telah mengumumkan bahwa orang yang rentan terhadap Covid-19 dapat ditawari vaksin booster mulai September 2021.

Bagaimana studi ini bekerja?

Untuk menilai kemanjuran dosis kedua yang tertunda atau dosis ketiga, para peneliti memvaksinasi sukarelawan berusia 18 hingga 55 tahun yang terdaftar dalam uji klinis vaksin AstraZeneca dan telah menerima satu atau dua dosis. Secara total, 30 peserta menerima dosis kedua yang terlambat dengan rata-rata 44 pekan setelah yang pertama.

Para ilmuwan menemukan tingkat antibodi berikutnya lebih tinggi daripada mereka yang menerima dosis kedua dengan jarak yang pendek. Pada 90 peserta yang menerima dosis ketiga, tingkat antibodi lebih tinggi dibandingkan dengan respons antibodi 28 hari setelah dosis kedua.

Respons imun sel T mereka juga menerima dorongan. Relawan mengalami lebih sedikit reaktogenisitas atau efek samping yang lebih ringan terhadap vaksin setelah dosis kedua atau ketiga yang tertunda dibandingkan dengan dosis pertama.

Hanya saja, penulis mencatat beberapa kekurangan dari penelitian mereka. Misalnya, ada data terbatas tentang respons sel T setelah dosis kedua yang tertunda.

Selain itu, mereka hanya mengukur respons imun hingga 28 hari setelah dosis ketiga. Penelitian ini hanya mencakup orang dewasa yang lebih muda. Untuk relawan terhadap orang dewasa yang lebih tua, penelitian sedang berlangsung.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler