Penjelasan Mengapa Alquran Bisa Jadi Penawar di Kala Wabah
Alquran mengobati penyakit hati yang bisa menyebabkan imun menurun
REPUBLIKA.CO.ID, — Allah SWT menegaskan bahwa Alquran adalah obat yang memulihkan, menyembuhkan, dan tentu saja menyehatkan.
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ ۖ “Katakanlah, 'Alquran adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman'.” (QS Fussilat 44).
Syekh M Ali Ash Shabuni dalam Shafwatut Tafasir menerangkan, maksud dari ayat itu adalah agar Nabi Muhammad SAW menyampaikan bahwa Alquran adalah petunjuk bagi orang beriman dari kesesatan dan penyembuh dari penyakit kebodohan dan kebimbangan mereka.
Syekh Zadah, sebagaimana dinukil oleh Syekh M Ali Ash Shabuni, lebih perinci lagi menerangkan bahwa Alquran menyembuhkan manusia dari penyakit ragu-ragu, kebodohan, dan kekafiran. Lantas, kala hari ini Covid-19 mengalami lonjakan drastis, apakah Alquran juga mampu mengobatinya?
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Alquran) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS Yunus 57).
Kita cermati bahwa Alquran penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam dada. Penyakit di dalam dada umumnya berkaitan dengan hati. Maka, melihat pandemi saat ini, tak cukup semata pandangan medis, tetapi juga batiniah manusia itu sendiri.
Pertama, yakin bahwa ujian (termasuk pandemi) adalah nyata. Terbukti, angka terus melonjak dan orang meninggal dunia juga terus meningkat. Karena itu, obat pertama adalah bersabar.
Kedua, pandemi juga menjadikan terjadinya krisis di bidang ekonomi, yang membuat banyak keluarga mengalami penurunan, bahkan kehilangan penghasilan sehingga tidak lagi bisa dengan mudah memenuhi kebutuhan hidup.
Ketiga, dua kondisi di atas tentu juga merembet pada psikologi manusia, di mana tidak sedikit orang khawatir dan takut akan kehidupannya, masa depannya, dan beragam hal lainnya.
Namun, bagi orang beriman, semua kondisi itu sejatinya memberikan penguatan iman bahwa memang akan hadir satu situasi yang Allah hendak menguji manusia itu sendiri.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqarah 155).
Jadi, semua kondisi buruk dan menyulitkan ini harus diobati dengan keyakinan yang teguh dan kesabaran yang sungguh-sungguh. Insya Allah bersama pandemi akan datang pertolonganpertolongan Allah. Terlebih, tidaklah Allah mendatangkan satu ujian melainkan balasan kebaikan telah Allah sediakan. Rasulullah SAW bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى، شَوْكَةٌ فَمَا فَوْقَهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا سَيِّئَاتِهِ، كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا “Dan, tidaklah seorang Muslim terkena hal yang menyakitkan—duri atau yang lain—kecuali Allah ampuni kesalahan-kesalahannya. Dosa-dosanya dihapus seperti pohon yang merontokkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dengan demikian, mari hadapi pandemi ini dengan kembali kepada Alquran. Secara pribadi, kuatkan kesabaran dengan menerima semua ini sebagai ujian.
Sabar atas kehilangan orang yang terkasihi. Sabar dalam menjalani hidup dengan penerapan protokol kesehatan. Sabar untuk tidak ke sana kemari, sabar dari komentar yang tidak perlu. Insya Allah keadaan akan membaik, jika perintah sabar ini benar-benar diterapkan oleh setiap Muslim. Yakinlah!
*Naskah Hikmah oleh Imam Nawawi, di Harian Republika