Ketum Muhammadiyah: Kalender Global Perlu Kesepakatan Dunia Islam
Toleransi sudah menjadi kekayaan keagamaan masyarakat Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir berpesan kepada umat Islam di Indonesia untuk tetap mengedepankan toleransi atau tasamuh jika terjadi perbedaan dalam penetapan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha.
"Kalau ada perbedaan-perbedaan pelaksanaan nanti di awal Ramadan, Idul Fitri maupun Idul Adha bagi kita tetap mengedepankan toleransi, tasamuh," ujar Prof Haedar dalam konferensi pers penetapan hasil hisab awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1446 H di Yogyakarta, Rabu (12/2/2025).
Dia mengatakan, toleransi tersebut sudah menjadi kekayaan keagamaan masyarakat Indonesia, yang selama ini dijunjung tinggi. Sehingga, masalah perbedaan awal bulan Hijriyah tidak menjadi perbincangan yang terus-menerus, apalagi menjadi potensi keretakan.
Menurut Prof Haedar, toleransi dalam hal ini sangat penting. Karena, sampai saat ini umat Islam belum memiliki Kalender Global Tunggal yang bisa mempersatukan semuanya.
"Karena kita memang belum memiliki satu Kalender Global Tunggal untuk seluruh dunia di lingkungan dunia Islam yang nanti memang memerlukan kesepakatan dari seluruh dunia Islam," ucap dia.
Namun, untuk membuat kalender global tunggal tersebut msih membutuhkan proses yang panjang. Sampai saat itu, menurut dia, PP Muhammadiyah sendiri juga masih memperjuangkan kelander milik umat Islam tersebut.
"Tentu perjalanannya masih panjang sebagaimana diperjuangkan oleh Muhammadiyah dengan kalender global Islam tunggal dan selama kita masih berproses ke situ tentu kita kedepankan sikap tasamuh, toleransi dalam perbedaan," kata Prof Haedar.