Capaian 100 Ribu Kasus Aktif di DKI Seperti Prediksi Anies

Angka tertinggi kasus aktif Covid-19 di DKI sebelumnya pada Februari (27 ribu kasus).

ANTARA/Asprilla Dwi Adha
Pekerja menyelesaikan persiapan RS Darurat COVID-19 di Kompleks Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta, Rabu (7/7/2021). Presiden Joko Widodo mengalihfungsikan Asrama Haji Pondok Gede menjadi Rumah Sakit Darurat COVID-19 yang dapat menampung 900 pasien di ruang isolasi, 50 pasien di ruang ICU dan 40 pasien di ruang HCU yang rencananya mulai Kamis, 8 Juli 2021 sudah dapat dioperasikan.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Flori Sidebang, Febryan, Sapto Andika Candra, Antara

Kasus aktif Covid-19 (kasus positif dikurangi pasien sembuh dan meninggal) di DKI Jakarta akhirnya menembus angka 100.062 kasus, Rabu (7/7). Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah mengungkapkan prediksi ini dalam paparannya saat rapat bersama pihak Istana beberapa waktu lalu.

Baca Juga



"Jumlah kasus aktif di Jakarta naik sejumlah 5.478 kasus, sehingga jumlah kasus aktif sampai hari ini sebanyak 100.062 (orang yang masih dirawat/ isolasi)," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia dalam keterangan tertulis resminya, Rabu (7/7).

Dwi juga mengungkapkan, jumlah kasus konfirmasi secara total di Jakarta sampai hari ini sebanyak 610.303 kasus. Dari jumlah ini, kata dia, total orang yang dinyatakan telah sembuh mencapai 501.199 dengan tingkat kesembuhan 82,1 persen. Lalu, sebanyak 9.042 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 1,5 persen.

"Untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 40,7 persen," jelas Dwi.

Dalam paparannya bersama pemerintah pusat pada Selasa (29/6) pekan lalu, Gubernur DKI Anies Baswedan mengungkapkan, DKI Jakarta kemungkinan akan mencapai 100 ribu kasus aktif antara 8-13 Juli 2021. Namun, ternyata 100 ribu kasus aktif Covid-18 di DKI Jakarta sehari lebih cepat dicapai. 

"Bila tidak segera dilakukan pengetatan maka 100 ribu kasus aktif di Jakarta akan tercapai antara tanggal 8-13 Juli 2021," demikian bunyi laporan yang diterima, Rabu (30/6).

 

 

 

 

Angka 100 ribu kasus aktif Covid-19 saat ini jauh lebih tinggi dari capaian tertinggi pada Februari 2021 dengan 27 ribu kasus. Pada Jumat (2/7), Anies menerangkan, potensi lonjakan kasus aktif sampai 100 ribu mengacu pola kenaikan sejak awal Juni. Di mana kasus aktif selalu naik dua kali lipat setiap delapan hari.

Anies mengaku telah membahas dampak yang akan terjadi jika kasus aktif tembus 100 ribu kasus aktif. Hasil kajian itu adalah, akan ada sekitar 40 ribu orang yang butuh perawatan.

"Jadi, kalau sampai ada 100 ribu kasus, berarti kita akan membutuhkan perawatan untuk 40 ribu orang," kata Anies dalam rapat darurat yang diikuti ribuan pegawai Pemprov DKI Jakarta secara daring, Jumat (2/7).

"Ini jumlah yang fantastis. Dan ini adalah manusia yang harus diselamatkan yang pasti keluarganya khawatir, yang pasti keluarganya tegang. Dan risiko kematian ada di situ," imbuh Anies.

Menurut Anies, sepanjang pandemi melanda, kondisi seperti ini baru kali pertama terjadi sepanjang pandemi melanda Ibu Kota. Alhasil, kini sistem kesehatan Jakarta dalam posisi sangat berisiko untuk kolaps.

"Kita harus menambah tempat untuk penampungan perawatan bagi saudara-saudara kita yang terpapar," kata Anies.

Berikut enam langkah Anies sebagaimana disampaikannya dalam rapat darurat yang dihadiri ribuan pegawai Pemprov DKI Jakarta secara daring, Jumat (2/7):

  1. Rumah sakit kelas A dikhususkan sepenuhnya untuk ruang ICU pasien Covid-19.
  2. Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet dikhususkan untuk penanganan pasien dengan gejala sedang - berat.
  3. Rumah susun (rusun) diubah menjadi fasilitas isolasi terkendali untuk pasien dengan gejala ringan.

    Anies mengatakan, tempat isolasi terkendali yang sudah digunakan adalah Rusun Nagrak, Ragunan, dan TMII. Ketiga tempat itu berkapasitas 3.060 pasien dan kini sudah terisi 1.863 pasien.

    "Di luar tiga lokasi tersebut, sedang disiapkan 28 lokasi baru, termasuk Rusun Pasar Rumput. Total tambahannya 6.534 tempat tidur isolasi," kata Anies.

    Pihaknya kini juga sedang mengkaji penggunaan Rusun Daan Mogot dan Pulogebang sebagai tempat isolasi terkendali. Bila digunakan, kedua rusun itu diperkirakan bisa menampung 3.000 pasien.

  4. Mengubah stadion indoor dan gedung-gedung konvensi besar menjadi rumah sakit darurat penanganan kasus darurat kritis. Pengelolaannya diusulkan dalam satu manajemen dengan RSDC Wisma Atlet.

    "JI-Expo Kemayoran nanti akan dipakai. Bisa menampung 24.000 orang di situ," ucap Anies.

  5. Memastikan kebutuhan tenaga kesehatan terpenuhi. Termasuk penambahan tenaga kesehatan dari luar DKI Jakarta.

  6. Memastikan ketersediaan oksigen, APD, alat kesehatan, dan obat-obatan.

    Anies menerangkan, potensi lonjakan kasus aktif sampai 100 ribu mengacu pada pola kenaikan sejak awal Juni alias sejak gelombang kedua Covid-19 mulai terjadi. Di mana kasus aktif selalu naik dua kali lipat setiap delapan hari.  


Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menyebutkan, angka keterisian (BOR) RS di DKI Jakarta saat ini telah mencapai 93 persen. Tempat tidur yang sudah disediakan hingga saat ini mencapai lebih dari 13 ribu dari total 24 ribu tempat tidur di 193 RS yang ada di Jakarta.

"Artinya kita sudah melampaui lebih dari 50 persen kapasitas tempat tidur yang disediakan oleh pemerintah daerah, sesuai regulasi dari pusat," kata Widyastuti dalam acara daring Dialog Produktif Semangat Selasa bertajuk "Taat PPKM Darurat, Harga Mati" yang dipantau di Jakarta, Selasa (6/7).

Widyastuti mengatakan, keterisian tempat tidur atau (BOR) untuk isolasi pasien Covid-19 di seluruh rumah sakit DKI Jakarta telah melewati ambang batas aman yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 60 persen. BOR untuk isolasi pasien di angka 93 persen, sementara BOR Intensive Care Unit (ICU) mencapai 94 persen.

"Keterpakaian tempat tidur atau BOR untuk isolasi saat ini 93 persen, sedangkan untuk ICU adalah sekitar 94 persen. Jadi ini angka yang luar biasa," ujar Widyastuti.

Melihat situasi yang demikian, Widyastuti mengaku telah berkoordinasi dengan tim pusat untuk mempersiapkan lebih banyak lagi rumah sakit. Harapannya, agar pasien dapat tertampung dalam jumlah besar.

"Jadi ada beberapa skenario yang kita siapkan bersama tim pusat supaya bisa menampung lonjakan kasus aktif yang luar biasa," ucapnya.

Salah satunya, kata Widyastuti, menyiapkan tenda-tenda kapasitas besar yang mereka koordinasikan lintas SKPD ataupun bantuan dari pemerintah pusat seperti tempat tidur dari Kmendikbud, Velbed dari BNPB dan Kemenkes. "Poinnya adalah bagaimana dengan cepat melakukan pembatasan isolasi bagi warga yang positif. Apakah itu isoman, terkendali, atau rumah sakit," tuturnya.

emerintah pusat mencatat ada 14 provinsi di luar Jawa dan Bali yang memiliki angka keterisian tempat tidur isolasi rumah sakit (RS) di rentang 50-80 persen. Kondisi ini tentu menjadi 'warning' bagi provinsi-provinsi tersebut untuk mengantisipasi adanya lonjakan jumlah pasien ke depannya.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito pada Selasa (6/7) mengungkapkan, angka BOR RS di enam provinsi di Pulau Jawa tercatat di atas 80 persen. Tidak hanya itu, menurut Wiku, BOR RS di 14 provinsi di luar Jawa-Bali juga memiliki angka BOR cukup tinggi.

"Keterisian tempat tidur yang tinggi ini tengah diupayakan oleh masing-masing daerah untuk dimitigasi dengan meningkatkan jumlah fasilitas isolasi terpusat dan meningkatkan fasilitas pemantauan pasien isolasi mandiri," kata Wiku.

 

PPKM Darurat - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler