Gorengan-Minuman Manis Picu Kematian Jantung Mendadak
Konsumsi gorengan dan minuman manis bisa pengaruhi kesehatan jantung.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kematian jantung mendadak (sudden cardiac death) menyumbang sekitar 1 dari 7,5 kematian di Amerika Serikat (AS). Para peneliti telah menunjukkan bahwa pola makan memainkan peran penting dalam kesehatan kardiovaskular seseorang.
Dikutip dari laman Medical News Today, Rabu (7/7), para peneliti menemukan bahwa sering mengonsumsi makanan yang digoreng dan minuman manis membuat orang lebih berisiko mengalami kematian jantung mendadak. Dalam sebuah studi baru, para peneliti telah menemukan hubungan positif antara pola makan yang melibatkan lebih banyak makanan yang digoreng dan minuman manis dengan kematian jantung mendadak.
Peneliti juga mengaitkan diet Mediterania dengan penurunan risiko kematian jantung mendadak. Penelitian yang dimuat dalam Journal of American Heart Association ini menawarkan bukti lebih lanjut tentang pentingnya pola makan bagi kesehatan jantung.
Kesehatan jantung dan diet
Menurut Kantor Pencegahan Penyakit dan Promosi Kesehatan (ODPHP) AS, seseorang dapat meningkatkan kesehatan jantungnya dengan mengubah pola makannya. ODPHP menyarankan agar orang makan berbagai buah dan sayuran, susu rendah lemak, biji-bijian, berbagai protein, dan lemak tak jenuh.
Penelitian masih memiliki keterbatasan yang signifikan, karena mencakup jumlah peserta kulit putih yang sangat tidak proporsional. Dalam penelitian dengan lebih dari 20 ribu peserta ini, para peneliti mengambil data dari kelompok Reasons for Geographic and Racial Differences in Stroke Study di AS.
Kelompok ini terdiri dari 30.239 orang dewasa Afrika-Amerika dan kulit putih berusia 45 tahun atau lebih. Semua peserta bergabung dalam penelitian antara tahun 2003 dan 2007.
Dari sampel 21.069 yang analisis, 33 persen berkulit hitam dan 56 persen adalah perempuan. Sebanyak 56 persen dari peserta tinggal di Amerika Serikat Tenggara. Daerah ini dikenal dengan tingkat kematian akibat strok yang lebih tinggi dari biasanya sejak tahun 1940-an.
Setiap tahun, peserta diminta menginformasikan untuk menunjukkan berapa banyak dari 110 jenis makanan yang mereka makan selama 12 bulan sebelumnya. Melihat data ini, para peneliti dapat memberi setiap peserta skor diet Mediterania, yang mencerminkan kepatuhan mereka terhadap diet Mediterania.
Menurut penulis utama Prof. James M. Shikany, yang merupakan profesor kedokteran dan direktur asosiasi untuk penelitian di Divisi Kedokteran Pencegahan Penyakit di University of Alabama di Birmingham, semua peserta memiliki beberapa tingkat kepatuhan terhadap setiap pola.
“Misalnya, tidak biasa bagi seseorang yang sangat menganut pola Southern diet juga menganut pola nabati, tetapi pada tingkat yang jauh lebih rendah,” katanya.
Terdapat lima pola diet yang diidentifikasi peneliti, seperti pola kenyamanan (pasta, pizza), pola nabati, pola perman, pola Selatan (Southern), pola alkohol dan salad.
Para peneliti menemukan bahwa peserta yang memiliki kepatuhan paling dekat dengan pola diet Selatan memiliki risiko 46 persen lebih tinggi mengalami kematian jantung mendadak daripada mereka yang tidak mematuhinya. Mereka yang menjalani diet Mediterania memiliki risiko kematian jantung mendadak 26 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang memiliki kepatuhan terendah.
Menurut Prof. Shikany, kendati penelitian ini bersifat observasional, hasilnya menunjukkan bahwa diet mungkin merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk kematian jantung mendadak. Karena itu, diet adalah faktor risiko yang dapat dikendalikan.
Para peneliti berusaha untuk menghubungi para peserta kira-kira setiap enam bulan selama periode 10 tahun, yang memungkinkan mereka untuk merekam setiap kejadian kardiovaskular, termasuk kematian jantung mendadak. Selama periode ini, tercatat ada 401 kasus kematian jantung mendadak.