Apa Motif Pembunuhan Presiden Haiti?
Presiden Haiti Jovenel Moise ditenggarai punya banyak musuh termasuk kaum oligarki
REPUBLIKA.CO.ID, -- Dunia tiba-tiba dikejutkan dengan pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise di kediaman pribadinya pada Rabu (7 Juni 2021). Militer dan pemerintah Haiti menegaskan pasukan pembunuh Presiden Haiti ini adalah tentara bayaran dan mereka berbicara dalam Bahasa Inggris dan Spanyol.
Dalam video beredar di media sosial yang tidak dapat diverifikasi, orang-orang bersenjata yang wajahnya tidak dapat dilihat terdengar berteriak bahwa mereka adalah Badan Penegakan Narkoba Amerika Serikat (DEA). Peringatan itu terdengar ketika mereka memasuki kediaman Moise yang dijaga sebelum semburan tembakan terdengar.
Duta Besar Haiti untuk AS, Bocchit Edmond, berkata, walau para pelaku mengaku sebagai pemberantas narkoba pemerintah AS, mereka tidak mungkin benar-benar agen pemerintahnya.
"Mereka adalah tentara bayaran, mereka dibayar untuk pekerjaan ini, untuk membunuh presiden. Kami berharap yang sudah ditangkap akan mengungkap untuk siapa mereka bekerja," ujar Edmond kepada saluran televisi NTN24.
Moise yang berusia 53 tahun ditembak beberapa kali. Terdapat 12 luka tembak di tubuhnya, menurut informasi yang diutarakan Hakim Agung Carl Henry Destin.
Kantor dan kamar tidur Moise digeledah orang-orang bersenjata itu. Dia belakangan ditemukan terbaring dalam posisi telentang dan berlumuran darah, kata sang hakim kepada surat kabar Le Nouveliste.
Ibu Negara, Martine Moïse (47 tahun), juga terluka dalam serangan itu. Dia diterbangkan ke Florida, Amerika Serikat. Kondisinya dikabarkan kritis tapi stabil.
Tiga anak pasangan itu, Jomarlie, Jovenel Jr dan Joverlein, dilaporkan berada dalam "lokasi yang aman".
Presiden Moise Menentang Kelompok Oligarki Haiti tapi Sewa Geng Kriminal
Saat ini, otoritas Haiti masih mencari motif di balik pembunuhan ini. Pejabat Haiti yakin bahwa orang-orang yang ditangkap adalah tentara bayaran dan mereka dibayar untuk membunuh presiden. Mereka mengatakan prioritas mereka sekarang adalah menemukan "dalang" di balik pembunuhan itu.
Penjabat Perdana Menteri Claude Joseph mengatakan Presiden Moise selama ini telah menentang beberapa oligarki di negara ini, dan mereka percaya hal itu bukannya tanpa konsekuensi (serangan balik).
Namun Joseph tidak menjelaskan lebih lanjut tentang kecurigaannya terhadap kaum oligarki ini termasuk siapa saja mereka.
Jadi, tidak diragukan lagi bahwa Moise, yang merupakan seorang pengusaha pengekspor pisang sebelum menjadi presiden, membuat banyak musuh selama masa jabatannya sebagai presiden.
Para pengkritik Presiden Moise menuduhnya melakukan penggelapan uang negara dan menggunakan geng kriminal untuk mengintimidasi lawan-lawannya. Semua tuduhan itu ditolak Presiden Moise.
Pengunaan geng kriminal menyebabkan terjadinya perang antar-geng di Haiti yang berdampak luas pada masyarakat. Bentrokan dan kekerasan antergeng telah memaksa ribuan warga Haiti, termasuk anak-anak, meninggalkan rumah mereka di lingkungan Martissant.
Beberapa telah mencari perlindungan di Carrefour terdekat di gimnasium atau di alun-alun umum dan komunitas lain.
Ribuan warga juga telah meninggalkan ibu kota untuk kembali ke desa-desa mereka. Lingkungan Martissant, yang sebagian besar dikendalikan oleh geng bersenjata, terletak tidak jauh dari Istana Nasional tempat Presiden Haiti berkantor.
Masalah Ekonomi, Kekurangan Pangan
Pada 2018, ada protes yang meluas ketika Moise mencoba menaikkan harga bahan bakar. Pada awal tahun ini juga muncul perselisihan mengenai lamanya masa jabatan Presiden Moise yang membuat tokoh-tokoh kuat menyerukan dia mundur.
Uskup Haiti Oge Beauvoir, yang menjalankan badan amal Food for the Poor yang berbasis di Coconut Creek di Haiti, mengatakan dia telah tinggal di Haiti selama 45 tahun dari 65 tahun hidupnya.
"Apa yang kita alami hari ini, saya belum pernah melihatnya sebelumnya. Negara ini menghadapi tantangan yang sangat berat,” kata Oge.
Di jalan-jalan Port-au-Prince, kata Oge, orang-orang telantar ada di mana-mana. Mereka, orang-oramng telantar ini, pergi ke mana-mana dengan anak-anak mereka.
“Banyak orang tidak bisa makan akhir-akhir ini,” katanya.
Kenaikan harga pangan dan devaluasi mata uang lokal menciptakan beban berat baru bagi rakyat Haiti. “Dulu orang bisa memberi makan keluarga mereka. Mereka tidak mampu lagi melakukannya. Dan orang-orang yang bekerja datang kepada kami untuk meminta makanan.”
Krisis ekonomi dan pandemi covid-19 menyebabkan pendapatan umah tangga warga Haiti turun lebih dari 60%. Akses ke layanan kesehatan dan air, kebersihan dan sanitasi juga telah terpengaruh, yang menyebabkan penurunan imunisasi.
Masalah ekonomi dan kelaparan menyebabkan konflik serius di Haiti di mana banyak kalangan menentang Presiden Moise dan mendesaknya mundur. Namun Moise tetap bertahan dan malah dituduh membayar geng kriminal untuk melawan orang-orang yang menentangnya.
Fakta bahwa Presiden Haiti telah memerintah melalui dekrit selama satu setengah tahun terakhir setelah negara itu gagal menyelenggarakan pemilihan parlemen seperti yang direncanakan pada Oktober 2019 memicu tuduhan bahwa ia menjadi semakin otokratis.
Rencananya, pemerintah akan mengadakan referendum konstitusional yang semakin membuat marah orang-orang yang menuduhnya ingin meningkatkan kekuasaan eksekutif.
Presiden Moise pernah mengatakan pada Februari bahwa ada upaya untuk membunuhnya dan menggulingkan pemerintahannya. Namun semua itu telah digagalkan.
Pembunuhan Presiden Haiti Mengkhawatirkan
Di lain pihak, banyak lawan politik dan pengamat yang menganggapnya hal itu sebagai tabir asap untuk mengalihkan perhatian dari ketidakpuasan yang berkembang di Haiti.
Bagaimanapun, terlepas dari semua ketidakstabilan politik yang dialami Haiti, terakhir kali seorang presiden Haiti dibunuh saat menjabat adalah pada tahun 1915, lebih dari 100 tahun yang lalu.
Haiti merupakan negara yang terletak di Karibia dengan jumlah penduduk 11 juta. Sebanyak 59 persen dari total populasi hidup di bawah garis kemiskinan.
Pada 2004-2017, Haiti berada di bawah pengamanan pasukan PBB. Haiti mengalami gempa bumi hebat pada 2010 yang menyebabkan kematian 200 ribuan warga Haiti.
Kasus Pembunuhan yang Kompleks
"Ini benar-benar salah satu peristiwa paling menarik dalam sejarah Haiti," kata guru besar di University of Virginia, Robert Fatton, yang lahir di Haiti.
Fatton menilai pembunuhan Moise adalah salah satu peristiwa paling mengerikan yang pernah terjadi di negara yang digoncang kemiskinan, bencana alam, wabah penyakit, kediktatoran, dan konspirasi politik.
"Bahkan untuk negara yang tidak stabil seperti Haiti, pembunuhan semacam ini adalah peristiwa yang tidak biasa dan mengkhawatirkan," ujarnya kepada BBC.
"Ketika Anda menganalisisnya dari sudut pandang politik, tidak mudah membayangkan siapa yang melakukannya, atau mengapa peristiwa itu terjadi," ucapnya.
Fatton menulis buku berjudul Haiti's Predatory Republic: The Unending Transition to Democracy yang terbit pada tahun 2002.
Menurutnya, peristiwa ini dan konsekuensi setelahnya bukan cuma dapat berdampak parah pada Haiti, tapi juga negara lain. "Pembunuhan Presiden Moise menempatkan Haiti di ambang pintu kekacauan," ujarnya.
Di masa lalu, setelah kudeta atau bencana alam, konsekuensi yang mengikutinya melampaui masalah seperti gelombang migrasi. Diperlukan pemerintah lain di kawasan itu, atau bahkan PBB, untuk campur tangan.