Beijing dan Kota Lain di China Hadapi Ancaman Banjir
Warga China yang tinggal di gedung rawan roboh telah dievakuasi.
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kota Beijing dan beberapa wilayah lain di China sedang menghadapi ancaman banjir setelah diguyur hujan deras sejak Ahad (11/7) malam hingga Selasa siang (13/7).
Aktivitas luar ruang, seperti olahraga, hiburan, dan bisnis di Kota Beijing dihentikan. Taman kanak-kanak dan sekolah menengah ditutup. Warga yang tinggal di gedung rawan roboh telah dievakuasi. Jalan raya dan stasiun kereta bawah tanah dikosongkan.
Beberapa perusahaan mengatur karyawannya untuk bekerja dari rumah (WFH). Warga Beijing sejak Senin (12/7) telah siap menghadapi curah hujan terberat tahun ini dengan persiapan yang belum pernah terjadi sebelumnya seolah-olah wilayah ibu kota waspada menghadapi peperangan yang sulit, tulis media setempat, Selasa.
Otoritas Kota Beijing menyebutkan curah hujan pada Ahad (11/7) pukul 18.00 waktu setempat (17.00 WIB) hingga Senin (12/7) pukul 12.00 berkisar antara 80,1 milimeter hingga 177,6 milimeter. Sebanyak 462 penerbangan dari dan ke dua bandar udara internasional di Beijing terpaksa menyesuaikan jadwal pada Senin.
Sebanyak 10 penerbangan dari Bandara Ibu Kota Beijing (BCIA) pada hari itu juga dibatalkan."Hujan deras sekarang relatif lebih tinggi daripada beberapa tahun terakhir ini masih dalam perkiraan musim banjir di Beijing pada Juli dan Agustus yang menyumbang hampir 70 persen curah hujan tahunan di kota ini," kata pengamat meteorologi Beijing, Zhang Mingying.
Beberapa wilayah utara China lainnya, seperti Tianjin dan Hebei juga mengalami ancaman serupa.Kementerian Sumber Daya Air telah mengirimkan satuan tugas khusus ke Beijing, Hebei, Sichuan, Chongqing, Jiangsu, dan Heilongjiang guna memberikan panduan dalam menghadapi ancaman bencana banjir. Hujan deras di Provinsi Sichuan bakal menyebabkan 14 sungai meluap.